AS Blokir Kapal Tanker ke Venezuela, Harga Minyak Lompat 1%
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak menguat pada perdagangan Rabu pagi (17/12/2025), setelah sempat tertekan cukup dalam pada sesi sebelumnya. Kenaikan ini terjadi di tengah meningkatnya tensi geopolitik global, meski secara keseluruhan level harga minyak masih bertahan di zona rendah jika dilihat dari tren beberapa pekan terakhir.
Berdasarkan Refinitiv per pukul 9.50 WIB, harga minyak mentah Brent tercatat di US$ 59,64 per barel, naik dibandingkan posisi Selasa (16/12/2025) di US$ 58,92 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di US$ 56 per barel, menguat dari hari sebelumnya di US$ 55,27 per barel.
Pergerakan ini menandai pemulihan harian setelah tekanan tajam yang terjadi pada awal pekan.
Penguatan harga minyak hari ini terutama dipicu oleh meningkatnya risiko pasokan global, menyusul langkah Amerika Serikat yang mengumumkan kebijakan pemblokiran terhadap kapal tanker minyak yang masuk dan keluar dari Venezuela. Kebijakan ini memicu kekhawatiran pasar akan potensi berkurangnya ekspor minyak dari salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia.
Pelaku pasar menilai, meskipun implementasi kebijakan tersebut masih menyisakan banyak ketidakpastian, sinyal pengetatan pasokan sudah cukup untuk mendorong aksi beli jangka pendek. Venezuela selama ini tetap menyalurkan minyak ke pasar global melalui berbagai jalur, termasuk armada kapal yang beroperasi di bawah pembatasan sanksi internasional.
Namun demikian, kenaikan harga ini belum cukup untuk mengubah gambaran besar pasar minyak yang masih dibayangi tekanan struktural. Secara mingguan hingga bulanan, harga minyak masih bergerak di tren melemah, tercermin dari posisi Brent yang sebelumnya sempat berada di kisaran US$ 63-64 per barel pada awal Desember.
Tekanan utama datang dari ekspektasi pasokan global yang melimpah, terutama dari Rusia dan negara-negara produsen utama lainnya. Optimisme atas potensi kesepakatan geopolitik di Eropa Timur turut memicu persepsi bahwa tambahan pasokan minyak Rusia berpeluang kembali mengalir ke pasar global, memperlebar surplus yang sudah ada.
Di sisi lain, prospek permintaan juga belum menunjukkan perbaikan signifikan. Data ekonomi China yang melemah, mulai dari perlambatan produksi pabrik hingga pertumbuhan penjualan ritel yang lesu, memperkuat kekhawatiran bahwa konsumsi energi global belum cukup kuat untuk menyerap lonjakan pasokan dalam waktu dekat.
Sejumlah analis menilai kondisi ini membuat pasar minyak sangat sensitif terhadap isu geopolitik jangka pendek, namun tetap rapuh secara fundamental. Tanpa gangguan pasokan yang bersifat besar dan berkelanjutan, reli harga cenderung terbatas dan rawan terkoreksi kembali.
Dengan kondisi tersebut, penguatan harga minyak pada perdagangan hari ini lebih mencerminkan respons atas risiko geopolitik ketimbang perubahan keseimbangan fundamental pasar. Selama pasokan global tetap longgar dan permintaan belum pulih solid, pergerakan harga minyak diperkirakan akan tetap volatil dan bergerak di level relatif rendah dalam jangka menengah.
CNBC Indonesia
(emb/emb)