Rupiah Menguat Tipis, Dolar AS Turun Jadi Rp16.665
Jakarta, CNBC Indonesia — Rupiah berhasil ditutup menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis (11/12/2025).
Merujuk data Refinitiv, rupiah ditutup pada level Rp16.665/US$ atau mencatatkan penguatan sebesar 0,09%. Meski menguat, sejatinya rupiah sudah dibuka naik 0,30% di awal perdagangan pagi tadi, namun seiring perdagangan, penguatan rupiah justru berkurang hingga di level penutupan. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak di rentang level Rp16.630 - Rp16.680/US$.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 15.00 WIB masih berada di bawah tekanan dengan terkoreksi 0,12% ke level 98,672.
Pergerakan rupiah sepanjang perdagangan hari ini masih diselimuti respon pelaku pasar terhadap keputusan Bank Sentral AS (The Fed) yang kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps, menjadi pemangkasan ketiga pada 2025.
Kondisi ini menjadi angin segar bagi rupiah. Pelemahan dolar AS meningkatkan selera risiko global dan memberi ruang bagi rupiah untuk melanjutkan penguatannya.
Meski demikian, The Fed memberi sinyal kemungkinan jeda pemangkasan karena inflasi masih bergerak di level yang relatif tinggi dan data ekonomi AS belum mencerminkan kondisi terbaru akibat shutdown pemerintah selama 43 hari.
Keputusan tersebut juga diwarnai voting yang tidak biasa: enam pejabat The Fed memilih tidak ada pemangkasan tambahan tahun ini, sementara tujuh lainnya menilai tidak ada ruang pemotongan pada 2026.
Proyeksi terbaru The Fed menunjukkan jalur pelonggaran yang jauh lebih dangkal dibanding ekspektasi pasar yakni hanya satu pemangkasan suku bunga pada 2026 dan satu lagi pada 2027. Ini kontras dengan prediksi pasar yang sebelumnya memperkirakan dua kali pemangkasan 25 bps pada tahun depan.
Menurut Chief Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto keputusan ini sebagai "hawkish cut".
"The Fed sesuai ekspektasi memangkas suku bunga sebesar 25 bps. Namun apa yang dilakukan The Fed adalah 'hawkish cut', di mana mereka memangkas suku bunga secara terbatas tetapi mensinyalkan pemangkasan yang lebih terbatas ke depan," tulis rully.
Ia menambahkan bahwa proyeksi suku bunga terbaru juga jauh lebih dangkal dari yang diantisipasi pasar. Dot plot mengindikasikan hanya satu kali pemangkasan pada 2026, padahal sebelumnya pasar memperkirakan setidaknya dua kali atau lebih.
Lebih lanjut, ia memperkirakan Bank Indonesia kemungkinan akan mempertahankan BI-Rate di 4,75% pada RDG 16-17 Desember mendatang untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian global.
(evw/evw)[Gambas:Video CNBC]