Rupiah Kembali Tertekan, Nilai Tukar Dolar AS Naik Jadi Rp16.680
Jakarta, CNBC Indonesia -Â Rupiah kembali tertekan terhadap dolar AS seiring dengan sikap wait and see pelaku pasar jelang pengumuman kebijakan suku bunga bank sentral AS (The Fed).
Merujuk data Refinitiv, rupiah ditutup di posisi Rp16.680/US$ atau melemah sebesar 0,12%. Pelemahan ini sekaligus membalikkan posisi rupiah dari perdagangan sebelumnya yang masih mampu menguat 0,15%.
Sejak pembukaan perdagangan pagi hari, rupiah sudah berada di zona merah dengan pelemahan 0,06% di level Rp16.670/US$, dan terus bergerak tertekan hingga menyentuh level penutupan. Sepanjang hari, rupiah bergerak di rentang Rp16.670 - Rp16.693/US$.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, pada pukul 15.00 WIB terpantau mengalami pelemahan 0,09% ke level 99,130.
Pelemahan rupiah pada perdagangan hari ini sejalan dengan sikap hati-hati pelaku pasar global yang menunggu keputusan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve, yang akan diumumkan pada Rabu malam waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Berdasarkan CME FedWatch Tool, pelaku pasar memproyeksikan peluang sebesar 88% terjadinya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada FOMC malam nanti.
Namun, fokus investor tidak hanya tertuju pada besaran pemangkasan, melainkan juga pada pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell serta arah proyeksi suku bunga ke depan melalui dot plot untuk 2026. Ketidakpastian mengenai nada komunikasi Powell apakah cenderung dovish atau justru tetap hawkish membuat pelaku pasar menahan posisi di aset berisiko, termasuk rupiah.
Tekanan terhadap mata uang emerging market juga diperkuat oleh mulai berkurangnya ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan pada 2026, seiring kekhawatiran inflasi yang masih membandel serta ketahanan ekonomi AS yang dinilai tetap solid.
Data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) menunjukkan pembukaan lowongan kerja di AS naik menjadi 7,67 juta pada Oktober. Menandakan pasar tenaga kerja masih kuat dan membuka ruang bagi The Fed untuk bersikap lebih berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneternya.
Di sisi lain, komentar penasihat ekonomi Gedung Putih sekaligus kandidat kuat calon Ketua The Fed yakni Kevin Hassett, yang menyebut masih ada ruang untuk pemangkasan suku bunga, turut menambah dinamika pasar.
Dengan situasi tersebut, pergerakan rupiah menjadi sangat sensitif terhadap dinamika global, terutama arah pergerakan dolar AS di pasar global.
(evw/evw)[Gambas:Video CNBC]