MARKET DATA

IPO Sepi Peminat, Banyak yang Pilih Jalur Backdoor Listing

Mentari Puspadini,  CNBC Indonesia
08 December 2025 15:50
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia — Beberapa emiten tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) belakangan ramai melakukan 'backdoor listing'. Hal ini seiring dengan menurunnya tren jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan backdoor listing adalah mekanisme perusahaan swasta untuk menjadi perusahaan publik. Hal ini dilakukan dengan cara mengakuisisi perusahaan publik yang sudah terdaftar di Bursa.

BEI sendiri tidak mengenal adanya istilah backdoor listing, namun skema akuisisi lewat tindakan korporasi termasuk rights issue dimungkinkan.

"Yang kita tekankan adalah bagaimana meyakinkan bahwa para pihak yang masuk adalah pihak yang memiliki keinginan untuk membangun perusahaan. Dan yang kedua mereka ada aset untuk dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan," jelas Nyoman ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Senin, (8/12/2025).

Meski belakangan terdapat banyak aksi backdoor listing, Nyoman mengaku pihaknya tetap membuka pintu bagi investor yang melakukan IPO. Ia pun optimis, penghimpunan dana di IPO masih diminati di tengah fenomena backdoor listing ini.

"Kami membuka tentunya lewat direct listing dan sudah ada 25 perusahaan tercatat. Dengan peningkatan proceed hampir 200%. Apa artinya? Artinya kalau kita bandingkan dengan periode lalu, periode yang sama, jumlah perusahaan tercatatnya memang lebih banyak. Tapi saat ini walaupun hanya 25, tapi peningkatan proceednya itu hampir 200%," ungkapnya.

Sepanjang tahun 2025, pasar modal Indonesia mencatat peningkatan signifikan dalam aktivitas akuisisi oleh perusahaan asing terhadap berbagai emiten nasional, mulai dari sektor energi, teknologi, manufaktur, hingga kesehatan.

Beberapa emiten yang diakuisisi dan melaksanakan backdoor listing tersebut antara lain, PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK), PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk. (KRYA), PT Boston Furniture Industries (SOFA) dan PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk (FUTR).

Di sisi lain, jumlah perusahaan yang melantai di pasar modal RI kian menipis dari tahun ke tahun. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan penghimpunan dana di pasar modal hingga akhir September 2025 mencapai Rp186,52 triliun. Dari nilai tersebut, terdapat Rp13,15 triliun penggalangan dana dari 17 emiten baru.

Sementara di tahun 2024, BEI mencatat sebanyak 41 perusahaan sukses melangsungkan pencatatan saham perdana. Adapun total dana IPO terhimpun senilai Rp14,35 triliun. dengan dana terhimpun sebanyak Rp4,32 triliun.

(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Calon Emiten IPO Paruh Kedua Tahun Ini Sepi, Bursa Buka Suara


Most Popular