MARKET DATA
CNBC Insight

Ternyata Gara-Gara Ini Tuyul & Babi Ngepet Tidak Curi Uang di Bank

MFakhriansyah,  CNBC Indonesia
07 December 2025 18:00
Ilustrasi tuyul. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi tuyul. (Dok. Freepik)

 

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu.

 

Jakarta, CNBC Indonesia — Kebanyakan orang Indonesia pernah mendengar cerita soal tuyul dan babi ngepet. Kedua makhluk gaib itu kerap dikaitkan sebagai jalan untuk mendapatkan kekayaan secara instan. 

Dalam berbagai cerita rakyat dari zaman dahulu hingga saat ini, tuyul dan babi ngepet kerap dipelihara oleh seseorang untuk mencuri uang. Akan tetapi tidak pernah ada satupun cerita yang mengisahkan pencurian besar di bank dilakukan oleh dua makhluk tersebut. 

Padahal bank memiliki fungsi untuk menyimpan uang, yang artinya menjadi tempat terbaik untuk tuyul dan babi ngepet beraksi. 

Sebelum membahas mengenai hal tersebut, ada baiknya memahami terlebih dahulu sejarah kelahiran tuyul dan babi ngepet. Kepercayaan tentang bantuan makhluk gaib ini lahir dari kondisi sosial masa lalu yang sarat kecemburuan. Ketika seseorang tiba-tiba kaya mendadak tanpa proses yang tampak, masyarakat kerap mengaitkannya dengan campur tangan dunia mistis.

Dalam Ekonomi Indonesia 1800-2010 (2012), Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks menjelaskan bahwa fenomena tersebut menguat pada sekitar 1870, tepat setelah era liberalisasi ekonomi. Saat itu, lahan-lahan petani kecil banyak beralih menjadi perkebunan besar dan pabrik gula. Rakyat kecil makin terdesak, sementara para pedagang dan pengusaha meraup kekayaan besar dalam waktu singkat.

Perubahan drastis itu memunculkan tanda tanya di kalangan petani yang jatuh miskin. Dari mana kekayaan para saudagar itu berasal? Jika mengikuti logika mereka, proses mengumpulkan harta seharusnya terlihat dan bertahap, sesuatu yang tidak mereka lihat dari orang-orang kaya tersebut.

Dari sinilah muncul dugaan bahwa para elite itu bekerja sama dengan makhluk supranatural seperti tuyul dan babi ngepet. Tuduhan ini, menurut Ong Hok Ham dalam Dari Soal Priayi sampai Nyi Blorong (2002), membuat pedagang dan pengusaha kaya dipandang hina karena dianggap memperoleh kekayaan lewat cara-cara mistis.

Kepopuleran tokoh tuyul dan babi ngepet kemudian kian berkembang sebagai simbol "kekayaan instan". Antropolog Clifford Geertz juga mencatat adanya kepercayaan bahwa sebagian orang memelihara tuyul atau menjalin perjanjian dengan roh di tempat keramat.

Para pemilik tuyul dalam cerita-cerita rakyat digambarkan hidup sangat sederhana untuk menutupi kekayaannya, seperti memakai pakaian lusuh, mandi di sungai bersama buruh, dan makan makanan rakyat biasa.

Namun dalam realitas modern, konsep "uang bank" berbeda jauh dari dunia pesugihan. Bank merupakan sistem keuangan formal yang tidak dikenal masyarakat desa pada masa itu, sehingga tak masuk dalam kerangka mitos.

Pada akhirnya, kisah tuyul dan babi ngepet sebetulnya mencerminkan kecemasan sosial karena kecemburuan ekonomi. Kedua makhluk gaib itu merupakan simbol ketimpangan antara si miskin dan si kaya secara individu, bukan antara masyarakat dengan institusi.

(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pantas Tak Ada Tuyul Curi Uang di Bank, Ini Alasannya


Most Popular