IHSG Sesi 2 Ditutup Turun Tipis 0,09% ke Level 8.632

Redaksi, CNBC Indonesia
Jumat, 05/12/2025 16:42 WIB
Foto: Pergerakan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah ini, Jumat (5/12/2025) usai mencetak rekor pada perdagangan kemarin. Indeks terkoreksi 7,43 poin atau turun tipis 0,09% ke level 8.632,76 pada penutupan perdagangan sesi kedua.

Nilai transaksi hari ini mencapai Rp 20,45 triliun, melibatkan 48,21 saham dalam 2,55 juta kali transaksi. Sebanyak 362 saham naik, 293 tidak bergerak, dan 146 turun. Kapitalisasi pasar pun merangkak naik menjadi Rp 15.873 triliun.


Mayoritas sektor perdagangan bergerak di zona hijau, dengan penguatan terbesar dicatatkan oleh sektor utilitas dan konsumer non primer. Sementara itu sektor kesehatan, energi dan konsumer primer tercatat mengalami koreksi hari ini.

Sejumlah emiten yang menjadi pemberat kinerja IHSG hari ini termasuk DSSA, DCII, BBRI, BMRI dan KLBF. Sementara sejumlah emiten yang menjadi penahan IHSG tidak jatuh lebih dalam hari ini yakni TLKM, BREN, BBCA, COIN dan MORA.

Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (5/12/2025) pelaku pasar akan mencermati berbagai rilis data dan perkembangan ekonomi global khususnya dari AS. Memburuknya data dari AS, terutama pengangguran bisa menopang IHSG hari ini. Dengan angka pengangguran yang naik maka kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed bisa semakin dekat.

Dari dalam negeri, fokus utama tertuju pada Bank Indonesia (BI) yang hari ini akan merilis dua indikator penting. Cadangan devisa dan uang primer periode November 2025. Kedua data ini menjadi acuan untuk membaca ketahanan likuiditas serta stabilitas eksternal Indonesia menjelang akhir tahun.

Sentimen positif turut datang dari proyeksi institusi global terhadap pasar saham Tanah Air.

JP Morgan Indonesia dalam laporan Indonesia Equity 2026 Outlook memproyeksikan bahwa IHSG berpotensi menembus level 10.000 pada tahun 2026, didukung prospek ekonomi yang lebih kuat setelah melewati tahun transisi politik pada 2025.

Executive Director JP Morgan, Henry Wibowo, menjelaskan bahwa pihaknya memperkirakan belanja pemerintah akan meningkat signifikan pada 2026. Baik melalui anggaran fiskal maupun melalui dukungan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Peningkatan belanja tersebut dinilai akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperkuat konsumsi domestik, seiring perbaikan kondisi makro global dan meredanya ketegangan geopolitik.

Dalam skenario optimistis (bull case), JP Morgan membidik IHSG dapat mencapai 10.000, sementara dalam skenario pesimistis (bear case), indeks diperkirakan berada di kisaran 7.800.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bukan Mustahil IHSG Sentuh Level 9.000, Analisanya Begini!