MARKET DATA

Dolar AS Loyo, Rupiah Menguat ke Rp 16.625 Pagi Ini!

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia
02 December 2025 09:03
Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (2/12/2025).

Merujuk data Refinitiv, rupiah berhasil terapresiasi 0,15% ke level Rp16.625/US$ pada pembukaan pagi ini. Penguatan ini terjadi setelah pada perdagangan sebelumnya rupiah bergerak stabil hingga ditutup stagnan di level Rp16.650/US$.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.00 WIB terpantau tengah menguat tipis 0,03% ke level 99,465. Setelah di perdagangan sebelumnya sempat tertekan lebih dari 0,3%, pelemahan DXY berkurang hingga akhirnya ditutup hanya melemah tipis 0,03%.


Pergerakan rupiah hari ini diperkirakan masih akan sangat dipengaruhi oleh dinamika dolar AS di pasar global. Dolar AS tercatat masih berada dalam tekanan pada Selasa pagi setelah rilis data manufaktur Amerika Serikat yang lebih lemah dari ekspektasi meningkatkan spekulasi penurunan suku bunga Federal Reserve pada pertemuan bulan ini.

Indeks dolar AS sempat tertekan seiring dengan rilis data ekonomi AS yang menunjukkan sektor manufaktur AS mengalami kontraksi untuk bulan kesembilan berturut-turut pada November, dengan ISM Manufacturing PMI turun menjadi 48,2 dari 48,7 di bulan sebelumnya.

Komponen penting seperti new orders dan employment juga ikut melemah, sementara tekanan biaya tetap meningkat akibat tarif impor. Kondisi ini, menurut Brian Martin, Head of G3 Economics ANZ, menunjukkan bahwa permintaan di ekonomi AS telah melambat signifikan.

Martin menilai The Fed perlu memangkas suku bunga, bukan hanya pada pertemuan 10 Desember, tetapi juga melanjutkannya pada tahun depan. Ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter kini semakin kuat, dengan pasar melalui CME FedWatch mencatatkan probabilitas 88% untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin, naik dari 63% satu bulan lalu.

Dengan dinamika dolar AS tersebut, mata uang emerging markets termasuk rupiah bisa mendapatkan angin segar. Kondisi ini diharapkan dapat membuka peluang bagi penguatan rupiah kedepannya.

(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menutup Pekan Naik Tipis, Dolar AS Turun ke Rp16.625


Most Popular