IHSG Sesi I Masih Berkutat di 8.500-an, Saham Ini Jadi Bintang
Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan tren negatif pada perdagangan hari ini, Jumat (28/11/2025). Hingga akhir sesi 1, indeks parkir di level 8.517,99, turun 27,87 poin atau 0,33%.
Sebanyak 365 saham turun, 275 saham naik, dan 316 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 10,77 triliun, melibatkan 24,67 miliar saham dalam 1,4 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun koreksi menjadi Rp 15.625 triliun.
Indeks pagi tadi sempat berada di zona hijau. Indeks dibuka naik 0,11% dengan 265 saham diapresiasi pasar.
Mengutip Refinitiv, bahan baku dan konsumer non-primer mengalami koreksi paling dalam, yakni -1,45% dan -0,99%. Sebalinya, properti dan energi, masing-masing naik 1,37% dan 1,29%.
Utamanya IHSG diseret ke zona merah oleh Amman Mineral Internasional (AMMN). Saham emiten terafiliasi Salim tersebut turun 5,76% dan menyumbang -12,79 indeks poin.
Selanjutnya DCI Indonesia (DCII) turun 2,85% ke level 244.825 dan membebani IHSG sebesar -7,46 indeks poin. Lalu emiten bank jumbo juga masih menggelayut IHSG.
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang terkoreksi ke level 3.700 menyeret IHSG sebesar -6,58 indeks poin. Bank Negara Indonesia (BBNI) dan Bank Central Asia (BBCA) masing-masing berkontribusi -2,74 indeks poin dan -2,36 indeks poin.
Sementara itu, Dian Swastatika Sentosa (DSSA) berusaha menopang IHSG dengan bobot 9,34 indeks poin. Lalu Pacific Strategic Financial (APIC) dan Bayan Resources (BYAN) berkontribusi 3,64 indeks poin dan 2,92 indeks poin.
Adapun Bumi Resources (BUMI) pada perdagangan hari ini turun panggung. Emiten Bakrie ini tidak lagi menjadi saham dengan nilai transaksi tertinggi.
Emiten Aguan Bangun Kosambi Sukses (CBDK) menjadi bintang hingga jeda makan siang hari ini. CBDK mencatat nilai transaksi tertinggi, yakni Rp 1,32 triliun dan kenaikan sebesar 12,9% ke level 7.875.
Sejumlah kabar penting diprediksi akan menjadi sentimen pergerakan pasar saham RI hari ini, termasuk proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun atau kuartal IV-2025 yang diperkirakan akan tumbuh hingga ke level 5,4%-5,6% seiring dengan sederet kebijakan andalan.
Proyeksi itu didasari oleh realisasi belanja pemerintah pusat yang semakin cepat, ditopang oleh gelontoran paket ekonomi akhir tahun serta periode musiman libur Natal dan Tahun Baru 2025/2026.
Selain sentimen positif tersebut ada juga kabar buruk di Indonesia yang saat ini tengah menghadapi bencana alam.
Bencana alam yang terjadi di Sumatra bagian utara dapat mendorong IHSG turun, meskipun dampaknya tergantung skala dan jenis bencana. Pasar saham sangat sensitif terhadap ketidakpastian.
Bencana besar biasanya menimbulkan penjualan aset oleh investor hingga flight to safety, di mana investor akan lebih memilih obligasi atau dolar AS.
Sebagai catatan, wilayah Sumatra juga menjadi kantong produksi sawit hingga batu bara. Banjir bisa mengganggu produksi dan distribusi sehingga berdampak terhadap kinerja emiten.
(mkh/mkh)