Rupiah Perkasa, Dolar AS Turun ke Rp16.650
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (25/11/2025).
Melansir data Refinitiv, rupiah dibuka pada posisi Rp16.665/US$ atau menguat sekitar 0,15% pada awal perdagangan. Sebelumnya, rupiah ditutup stagnan di level Rp16.690/US$ pada perdagangan Senin.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia terpantau bergerak stabil dengan penururan tipis 0,01% pada pukul 09.00 WIB.
Pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini akan sangat dipengaruhi oleh dinamika eksternal, terutama perkembangan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Dolar AS bergerak stabil di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) berpeluang memangkas suku bunga acuan pada pertemuan Desember. Optimisme pasar menguat setelah komentar dovish dari Gubernur The Fed Christopher Waller, yang menyebut pasar tenaga kerja kini cukup melemah sehingga membuka ruang untuk pemangkasan suku bunga seperempat poin bulan depan.
Komentar Waller ini mempertegas sinyal serupa dari Presiden The Fed New York John Williams pada pekan lalu, sehingga mendorong pasar meningkatkan probabilitas pemangkasan suku bunga menjadi 81%, jauh lebih tinggi dibanding 42% sepekan sebelumnya, berdasarkan CME FedWatch.
Namun, arah kebijakan The Fed tetap dibayangi ketidakpastian mengingat sejumlah data ekonomi penting belum tersedia akibat penumpukan pekerjaan pasca shutdown pemerintah AS selama 43 hari. Perbedaan pandangan internal di The Fed terkait arah suku bunga juga berpotensi menciptakan volatilitas tambahan pada pasar valas, termasuk rupiah.
Dari sisi geopolitik, sentimen investor turut membaik setelah Presiden Donald Trump menyatakan hubungan AS-China kini sangat kuat, usai melakukan panggilan dengan Presiden Xi Jinping.
Komunikasi ini menyusul pertemuan kedua pemimpin di Korea Selatan beberapa pekan lalu yang menghasilkan kerangka kesepakatan dagang baru. Potensi mencairnya tensi dagang kedua raksasa ekonomi dunia tersebut dapat meningkatkan selera risiko, yang pada gilirannya berpotensi mendukung mata uang emerging markets bila sentimen positif berlanjut.
(evw/evw)[Gambas:Video CNBC]