Dulu Calo Tiket, Pria Ini Sekarang Jadi Bos Maskapai Terbesar RI

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Minggu, 23/11/2025 18:00 WIB
Foto: Pemilik Lion Air Rusdi Kirana (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sedikit yang tahu bahwa pendiri Lion Air, Rusdi Kirana, pernah hidup dalam kondisi pas-pasan dan bekerja sebagai calo tiket pesawat sebelum sukses membangun maskapai murah terbesar di Indonesia.

Pada era sebelum tahun 2000, terbang adalah kemewahan yang hanya bisa dinikmati masyarakat berduit. Harga tiket pesawat saat itu selangit. Situasi inilah yang membuat Rusdi, saat masih kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila, bertekad menghadirkan penerbangan murah.


Pengalaman menjadi calo tiket di Bandara Soekarno-Hatta kemudian membuatnya memahami seluk-beluk bisnis aviasi sekaligus mengumpulkan modal awal.

Pada 1990-an, Rusdi bersama sang kakak, Kusnan Kirana, lebih dulu mendirikan biro perjalanan "Lion Tour". Nama "Lion" dipilih karena keduanya berzodiak Leo.

Usaha itu berjalan 13 tahun sebelum akhirnya berkembang pesat pada 1999, tepat ketika pemerintah membuka pintu bagi maskapai swasta baru. Di tahun itu, dua bersaudara ini resmi mendirikan Lion Air, meski operasional baru berjalan 30 Juni 2000.

Dengan modal dua pesawat sewaan, Lion Air langsung mengguncang pasar lewat tarif super murah. Rute perdana Jakarta-Pontianak dijual Rp 300 ribu, jauh di bawah tarif pesaing yang mencapai Rp 1,1 juta. Rute Jakarta-Manado yang biasanya Rp 2,1 juta dipangkas menjadi Rp 400 ribu.

Banyak pihak meragukan model bisnis ini akan bertahan, namun Lion Air justru melonjak karena menjadi alternatif baru bagi masyarakat yang ingin terbang.

Hanya empat tahun berselang, pada 2004 Lion Air telah mengoperasikan 23 pesawat dan menjalankan 130 penerbangan per hari ke berbagai kota di Indonesia hingga Asia Tenggara. Ekspansi makin agresif setelahnya, termasuk mengibarkan Wings Air, Batik Air, Malindo Air, Thai Lion Air, hingga Lion Bizjet.

Bahkan sebelum pandemi, maskapai-maskapai di bawah bendera Lion Group mendominasi Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta. Pada 2018, Lion Air mencatatkan 36,8 juta penumpang, atau sekitar 35% pangsa pasar domestik. Tak heran jika mereka percaya diri menyebut diri sebagai maskapai berbiaya rendah dengan slogan ikonik "We Make People Fly."

Setelah sukses dengan Lion Group, Rusdi kembali membuat kejutan dengan meluncurkan Super Air Jet pada masa pandemi. Maskapai yang terbang perdana pada 6 Agustus 2021 ini menawarkan layanan low cost carrier dengan penerbangan point-to-point antarkota dan menargetkan ekspansi ke rute internasional.

Dalam daftar orang terkaya Forbes 2017, Rusdi pernah menempati posisi ke-33 dengan kekayaan US$970 juta. Pada 2022, ia berada di posisi ke-38 dengan kekayaan US$835 juta.

Meski menjadi pionir penerbangan murah di Indonesia, publik tentu juga mengenal reputasi Lion Air yang kerap dihantui masalah klasik: keterlambatan jadwal. Namun tak dapat dipungkiri, perjalanan Rusdi dari calo tiket hingga menjadi raksasa aviasi adalah salah satu kisah transformasi bisnis paling dramatis di Tanah Air.

 


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bangun Kota Mandiri, Jurus Ekspansi Bisnis Properti Era Sulit