Direktur Timah (TINS) Ungkap Alasan Target Produksi Tak Tercapai
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Timah Tbk. (TINS) menjelaskan penyebab tidak tercapainya target produksi hingga September 2025.
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko TINS, Fina Eliani memaparkan produksi timah perusahaan turun 20% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi 12.157 metrik ton hingga kuartal III-2025. Sementara logam timah turun 25% yoy menjadi 10.855 metrik ton, dan penjualan logam timah turun 30% yoy menjadi 9.469 metrik ton.
Sementara itu, Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang ditetapkan membidik volume produksi 21.500 metrik ton dan perolehan laba sebesar Rp1,1 triliun. Fina mengungkapkan pencapaian bottom line hingga bulan September baru di sekitar Rp600 miliar. Meski demikian, perusahaan tambang pelat merah itu tetap optimistis.
"Kami sampai dengan saat ini masih optimis bahwa target laba sebagaimana RKAP akan dapat kami capai di akhir tahun 2025 nanti," ujar Fina saat public expose TINS di Le Meridien, Jakarta Pusat, Kamis (20/11/2025).
Ia menyebut salah satu penyebab kinerja pihaknya belum optimal di bulan September adalah kendala penjualan. Fina menyebut PT Timah akan rapel penjualan yang tertunda dengan penjualan selanjutnya di kuartal IV-2025.
"Terkait tambang yang tertunda untuk dibuka, itu akan terus kami upayakan di kuartal IV tahun 2025. Meskipun nanti tidak selesai, akan kami jadikan program nanti di tahun 2026," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Perusahaan PT Timah, Rendi Kurniawan merincikan, tidak tercapainya target produksi utamanya karena belum rampungnya rencana untuk pembukaan lokasi tambang baru terutama di laut. Mulai dari Laut Rias hingga Laut Beriga.
"Padahal berdasarkan rencana tahun 2025 itu termasuk salah satu wilayah produksi yang akan diutamakan," tukas Rendi.
Selain itu, perpanjangan izin usaha pertambangan (IUP) TINS yang sebagian besar jatuh tempo di tahun 2025 baru selesai mendapat perpanjangan di bulan Juni.
"Keterlambatan perpanjangan IUP itu Juga berpengaruh terhadap penerbitaan RKAP Revisi, sehingga juga mempengaruhi volume produksi di tahun berjalan," terang Rendi.
Lebih lanjut, ia menyebut faktor yang paling penting adalah masih masifnya penambangan illegal yang beroperasi di wilayah IUP PT Timah.
(fsd/fsd)[Gambas:Video CNBC]