Usai Tipu Bank Rp2,7 T, Wanita Ini Malah Foya-Foya Selama Sidang
Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri startup Bernama Frank, Charlie Javice menipu JPMorgan hingga US$175 juta (sekitar Rp 2,7 triliun). Ia sejak September telah menjalani vonis penjara lebih dari tujuh tahun, namun pengungkapan baru mengejutkan tentang pengeluarannya selama proses hukum berlangsung.
Dalam sidang terbaru, pengacara JPMorgan mengungkap, Javice menggunakan dana yang ditanggung bank untuk membiayai pengacara sekaligus membayar upgrade kamar hotel mewah, makan malam berharga fantastis, hingga produk cellulite butter. Semua tagihan itu kemudian dikirim ke JPMorgan untuk diganti.
Dokumen hukum terbaru menunjukkan total biaya pembelaan Javice telah menembus lebih dari US$60 juta atau sekitar Rp 1 triliun. Angka ini disebut bank sebagai biaya yang tidak masuk akal dan belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan melebihi biaya hukum Elizabeth Holmes, pendiri Theranos yang juga divonis karena penipuan.
Mulanya pada 2021, JPMorgan mengakuisisi Frank (startup yang diklaim Javice membantu jutaan mahasiswa AS mengisi formulir bantuan dana Pendidikan) senilai US$175 juta. Setelah transaksi selesai, bank menemukan fakta mayoritas data pengguna Frank adalah palsu.
JPMorgan kemudian menggugat, dan tidak lama berselang, jaksa federal membawa kasus ini ke pengadilan. Javice dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara lebih dari tujuh tahun.
Namun dalam prosesnya, Javice memenangkan putusan yang mewajibkan JPMorgan menanggung biaya hukumnya sebagai bagian dari kontrak akuisisi. Inilah celah yang dimanfaatkan selama bertahun-tahun.
Menurut pengajuan hukum bulan lalu, Javice menyewa lima firma hukum sekaligus. Bank menuduh Javice dan timnya memperlakukan keputusan pengadilan sebagai "blank check" yang memungkinkan mereka menagih apa saja tanpa batas.
Beberapa pengacara yang terlibat bahkan dikenal pernah membela Elon Musk, Harvey Weinstein, hingga Sam Bankman-Fried.
JPMorgan menyebut tim hukum Javice memiliki pasukan 77 pengacara yang menagih bank untuk semua hal terkait kasus Frank, termasuk pembulatan jam kerja dan biaya yang dianggap tidak jelas. Salah satu pengacara disebut menagih hingga US$2.025 per jam.
Totalnya, bank mengklaim sudah menyediakan sekitar US$115 juta untuk biaya hukum Javice dan Olivier Amar, mantan pejabat Frank lainnya yang juga divonis bersalah.
"Jika tidak dihentikan, biaya hukum mereka bisa sebesar jumlah penipuan yang mereka lakukan," tulis JPMorgan dikutip dari New York Times, Sabtu (15/11/2025).
Menanggapi tuduhan penggunaan dana untuk barang-barang pribadi seperti cellulite butter dan upgrade hotel, juru bicara Javice menyebut klaim tersebut konyol. Ia bilang, itu tidak ada hubungannya.
Ia menegaskan Javice mengikuti semua aturan internal JPMorgan semasa menjadi pegawai dan selama proses hukum berlangsung.
"Sebagai karyawan, dia membeli es krim dan barang lain sesuai dengan kode etik JPMorgan," katanya. "Ia tidak pernah meminta penggantian biaya untuk hal-hal yang tidak secara eksplisit diizinkan dalam pedoman yang diberikan kepadanya," ujar jubir Javice menambahkan.
(fsd/fsd)