FDI Tembus US$57 Miliar, Ekonom: Bukti Kepercayaan Global ke RI Tinggi

Khoirul Anam,  CNBC Indonesia
14 November 2025 17:17
Suasana Gedung Kementrian di Kawasan Jakarta, Rabu 7/8. Pemindahan ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Jakarta ke salah satu lokasi di Kalimantan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, mencapai Rp 466 triliun. Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Salah satu komponen utama pendanaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 
Potensinya sangat kasar. Pemetaan potensi aset di Medan Merdeka, Kuningan, Sudirman, dan Thamrin perkiraan Rp 150 triliun. Ini bisa menambal kebutuhan APBN. Tadinya dari APBN butuh Rp 93 triliun. Artinya dengan Rp 150 triliun bisa menutup untuk bangun istana, pangkalan TNI, dan kebutuhan rumah dinas. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Gedung Perkantoran di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus Penanaman Modal Asing (PMA/FDI) ke Indonesia terus menunjukkan tren positif hingga mencapai angka US$57 miliar sepanjang 2025.

Chief Economist Juwai IQI Global Shan Saeed mengatakan, peningkatan tersebut menciptakan peluang investasi baru di sektor hilirisasi dan membangun stabilitas ekonomi jangka panjang yang lebih menarik bagi investor.

Selain itu, sektor manufaktur juga menjadi penyumbang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, terutama melalui kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), investasi, dan ekspor.

"Penanaman Modal Asing (PMA/FDI) terus menunjukkan percepatan. Sepanjang 2025, FDI diperkirakan mencapai US$ 52-57 miliar, ditopang oleh komitmen besar pada hilirisasi mineral, baterai kendaraan listrik, petrokimia, pusat data, hingga manufaktur berat," ujar Shan Saeed dalam keterangannya dikutip Jumat, (14/11/2025).

"Sektor manufaktur menyumbang 38%-42% dari total FDI, tanda pergeseran struktural Indonesia ke orbit industri bernilai tambah tinggi," tambahnya.

Lebih lanjut, Saeed mengatakan prestasi tersebut menjadi bukti kepercayaan global pada kebijakan investasi Presiden Prabowo Subianto dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kekuatan ekonomi.

"Doktrin stabilitas makro Prabowo bukan sekadar slogan. Ini adalah arsitektur strategis yang mulai membentuk lintasan baru ekonomi Indonesia, memperkuat fundamental, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memposisikan Indonesia sebagai kekuatan industri baru di Asia. 'Indonesia First' menjadi tema kunci kepemimpinan ekonomi Presiden Prabowo," ucapnya.

Kemudian, Saeed mengatakan faktor kepercayaan investor terus meningkat di Indonesia karena adanya kombinasi stabilitas rupiah dan pasar. Hal itu juga dinilai sebagai kekuatan utama Indonesia sebagai standout performer di Asia Tenggara yang mendorong pertumbuhan ekonomi baru.

"Yang paling menentukan, kepercayaan investor terus menguat. Kombinasi stabilitas rupiah, disiplin makro, kapasitas manufaktur yang mengembang, serta rezim investasi yang kredibel menempatkan Indonesia sebagai standout performer di Asia Tenggara," pungkasnya.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Daftar Proyek Potensial Serap FDI: Sektor Digital-Semikonduktor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular