IHSG Sesi 1 Naik 0,44%, Kembali Tembus Level 8.400
Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi 1 hari ini, Rabu (12/11/2025) di level 8.403,71. Indeks naik 0,44% atau 37,2 poin.
Sebanyak 369 saham naik, 292 turun, dan 295 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 12,37 triliun, melibatkan 30,56 miliar saham dalam 1,59 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun terkerek menjadi Rp 15.338 triliun.
Mengutip Refinitiv, mayoritas sektor berada di zona hijau. Konsumer primer naik paling kencang, yakni 1,79% dan diikuti oleh teknologi (1,17%) serta konsumer non-primer (0,69%).
Hanya ada dua sektor yang berada di zona merah, yaitu utilitas (-0,37%) dan energi (-0,09%).
Emiten milik Prajogo Pangestu menjadi penggerak utama IHSG siang ini, setelah sebelumnya menjadi beban. Barito Pacific (BRPT) naik 5,67% ke level 3.730 dan menggendong IHSG sebesar 12,49 indeks poin. Lalu Chandra Asri Pacific (TPIA) tercatat menyumbang 2,83 indeks poin.
Selain itu, saham emiten bank jumbo juga berkontribusi besar terhadap kinerja IHSG siang ini. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang naik 1,03% berkontribusi 6,63 indeks poin. Kemudian Bank Mandiri (BMRI) menyumbang 4,4 indeks poin, seiring dengan apresiasi 1,07% terhadap saham tersebut.
Adapun pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen hari ini, termasuk voting shutdown di AS.
DPR Amerika Serikat yang dikuasai Partai Republik dijadwalkan memberikan suara pada Rabu sore atas kompromi anggaran yang akan memulihkan pendanaan lembaga-lembaga pemerintah dan mengakhiri shutdown yang dimulai 1 Oktober dan kini memasuki hari ke-42.
Jika proses berjalan mulus, drama government shutdown di Amerika Serikat diperkirakan segera berakhir dalam 24-48 jam setelah pemungutan suara di DPR AS (House of Representatives). Artinya, penutupan pemerintahan terpanjang ini berpotensi selesai antara Rabu malam-Kamis waktu AS, atau Kamis-Jumat waktu Indonesia (WIB).
Namun, akhir drama ini belum tentu menjadi happy ending. Ada sejumlah risiko yang bisa menghambat atau bahkan memicu episode lanjutan. Penolakan dari kelompok konservatif Partai Republik di DPR bisa menunda voting atau memaksa negosiasi tambahan.
Sekalipun selesai minggu ini, pendanaan pemerintah hanya diperpanjang hingga 30 Januari, sehingga ancaman shutdown bisa muncul lagi awal tahun depan
Dari dalam negeri, penjualan eceran nasional kembali mengalami tekanan pada September 2025. Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia (BI), aktivitas penjualan ritel turun 2,4% secara bulanan (month to month/MtM), berbalik arah setelah mencatatkan pertumbuhan 0,6% pada Agustus.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, mengungkapkan bahwa pelemahan tersebut terutama disebabkan oleh turunnya penjualan pada Subkelompok Sandang yang anjlok hingga 19,2% MtM. Selain itu, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau juga terkoreksi 2,2%, sementara Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya melemah 3,4%. "Penurunan pada Subkelompok Sandang menjadi faktor utama kontraksi penjualan eceran pada September," jelas Denny dalam keterangannya, Selasa (11/11/2025).
Meski demikian, tidak semua sektor mencatatkan pelemahan. Beberapa kelompok masih tumbuh positif, antara lain Peralatan Informasi dan Komunikasi yang naik 1,2% serta Suku Cadang dan Aksesori yang meningkat 1,4% secara bulanan. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran pola konsumsi ke barang-barang utilitarian dan teknologi.
(mkh/mkh)