Danantara Didorong Ambil Peran Aktif Sehatkan WIKA

Teti Purwanti,  CNBC Indonesia
05 November 2025 11:33
Jembatan Sei Alalak
Foto: Dok: WIKA

Jakarta, CNBC Indonesia - Restrukturisasi utang dinilai menjadi langkah paling realistis untuk memulihkan kesehatan keuangan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA, setelah terbebani oleh proyek-proyek besar pemerintah dan menurunnya kontrak baru.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad menilai restrukturisasi menjadi langkah yang tak terhindarkan bagi WIKA untuk kembali sehat.

"Di restrukturisasi mau tidak mau utang WIKA itu harus disesuaikan. Ini sejalan dengan rencana restrukturisasi utang ke China yang bisa sampai 60 tahun. Jadi restrukturisasi memang menjadi alternatif agar WIKA bisa bertahan," kata Tauhid dalam keterangan resmi, Rabu (5/11/2025).

Menurutnya, restrukturisasi harus disertai dengan penyesuaian bunga pinjaman agar WIKA benar-benar mampu membayar kewajiban.

"Ketika di restrukturisasi, bunganya harusnya bisa dikurangi. Jangan sampai bebannya makin berat. Kalau bunganya makin besar, justru masalah baru yang muncul," papar Tauhid .

Tauhid menambahkan, selain restrukturisasi, WIKA juga perlu mendapatkan dukungantambahan Pemerintah untuk proyek-proyek baru yang berpotensi menghasilkan keuntungan.

"Kalau untuk proyek kereta cepat saya kira sudah tidak mungkin, tapi untuk proyek baruinfrastruktur masih bisa. Itu penting agar WIKA bisa menutup kerugian yang ada," katanya.

Sementara itu, Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menilai langkah restrukturisasi terhadap WIKA kini sepenuhnya berada di tangan Danantara, lembaga pengelola BUMN hasil transformasi pasca-pembubaran Kementerian BUMN. Menurut Yayat, langkah penyehatan WIKA bisa dilakukan melalui konsolidasi antar perusahaankonstruksi pelat merah untuk menciptakan efisiensi dan memperkuat modal.

"Kalau di likuidasi jelas berat. Tapi opsi penggabungan beberapa badan usaha bisa menjadi jalan tengah untuk penyehatan," katanya.

Untuk diketahui, sejak era percepatan pembangunan infrastruktur di bawah pemerintahan Joko Widodo, BUMN karya menjadi ujung tombak berbagai proyek strategis nasional (PSN), tidak hanya sebagai kontraktor, tapi juga dengan penyertaan modal untuk sejumlah PSN.

Akibatnya, sejumlah perusahaan pelat merah kini menghadapi tekanan keuangan berat. Salah satunya adalah WIKA, yang kini tengah berjuang menata ulang kewajibannya agar tetap bisa beroperasi dan bertahan.

WIKA harus menanggung beban utang besar dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh), perusahaan wajib menyetorkan modal hampir Rp12 triliun dengan beban
bunga pinjaman tersebut mencapai Rp2 triliun per tahun.

Di sisi lain, perusahaan juga dihadapkan pada kewajiban pembayaran bunga obligasi dan sukuk yang jatuh tempo pada Februari 2025. Kondisi ini diperparah oleh penurunan anggaran infrastruktur pemerintah pada 2025.

Hingga September 2025, kontrak baru yang berhasil diperoleh WIKA hanya mencapai Rp6,19 triliun, turun sekitar 60% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp15,58 triliun. Sejalan dengan itu, penjualan pun mengalami penurunan 27,55% dari yang sebelumnya Rp12,54 triliun menjadi Rp9,09 triliun.

Penurunan signifikan pada penjualan turut menggerus likuiditas WIKA. Arus kas operasi perusahaan mengalami defisit Rp1 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yaitu defisit Rp218,9 miliar.

Dengan restrukturisasi yang matang dan dukungan kelembagaan dari Danantara, WIKA diharapkan dapat kembali sehat, memperkuat likuiditas, dan kembali berkontribusi terhadap
pembangunan nasional secara berkelanjutan. 


(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mantap! WIKA Kembali Masuk Fortune Southeast Asia 500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular