PTBA Bukukan Laba Rp 1,59 Triliun pada Kuartal III-2025
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatat penurunan laba sebesar 59% secara year on year (yoy) hingga kuartal III-2025.
Merujuk laporan keuangan terbaru, laba usaha perusahaan pelat merah ini turun dari Rp3,92 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp1,59 triliun per September 2025.
Meski demikian, pendapatan usaha tercatat sebesar Rp31,33 triliun hingga September 2025. Angka ini tumbuh 2% dibandingkan Rp30,65 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan, untuk porsi penjualan sampai dengan akhir September 2025 ini, penjualan domestik tercatat sebesar 56%, sedangkan sisanya 44% merupakan ekspor. Pada periode ini, lima negara tujuan ekspor terbesar ditempati oleh Bangladesh, India, Filipina, Vietnam, dan Korea Selatan.
"Di tengah tekanan harga batu bara global yang masih menurun sepanjang 2025, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berhasil mempertahankan kinerja operasional yang solid serta menjaga profitabilitas melalui peningkatan efisiensi biaya dan optimalisasi portofolio pasar domestik. Hal ini tercermin dari pertumbuhan volume produksi dan penjualan yang tetap positif, serta realisasi capex yang mendukung keberlanjutan operasi dan proyek logistik strategis," tutur Arsal tertulis.
Namun, pertumbuhan pendapatan tersebut tidak mampu menahan tekanan dari sisi beban. Diketahui, beban pokok pendapatan meningkat 11% yoy menjadi Rp27,76 triliun dari sebelumnya Rp25,05 triliun.
Kenaikan ini seiring dengan peningkatan volume operasional, baik produksi batu bara yang naik 9% YoY maupun angkutan yang juga naik 8% YoY, meskipun dari sisi stripping ratio tercatat lebih rendah di angka 5,98x dari pada periode yang sama tahun sebelumnya di angka 6,02x.
"Selain itu, pencabutan subsidi komponen FAME pada Biodiesel serta kewajiban untuk menggunakan B40 juga berdampak pada peningkatan harga BBM/liter (+8% YoY), yang otomatis berdampak pada peningkatan biaya bahan bakar yang digunakan oleh Perusahaan, baik untuk kegiatan penambangan maupun angkutan kereta api," kata dia.
Dari sisi neraca, total aset perusahaan tercatat naik 3% menjadi Rp42,84 triliun per September 2025. Angka ini melonjak tipis dari tahun lalu sebesar Rp41,78 triliun.
Total liabilitas tercatat naik 15% menjadi Rp22,06 triliun dibandingkan Rp19,14 triliun pada akhir 2024. Sementara itu, total ekuitas menurun 8% menjadi Rp20,77 triliun dari sebelumnya Rp22,64 triliun.
(fsd/fsd)