Harga Minyak Dunia Melemah Tipis Jelang Pertemuan AS-China
Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak dunia terpantau bergerak melemah tipis pada awal perdagangan Kamis (30/10/2025), setelah menguat di sesi sebelumnya. Pelaku pasar menahan aksi beli sambil menunggu hasil pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Busan, Korea Selatan.
Mengutip Refinitiv pukul 10.10 WIB, harga minyak Brent tercatat di level US$64,54 per barel, turun dari posisi sebelumnya US$64,92 per barel. Sementara harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) berada di US$60,13 per barel, melemah dari US$60,48 per barel.
Pelemahan tipis ini terjadi di tengah ekspektasi pasar terhadap pertemuan Trump-Xi yang diharapkan dapat meredakan ketegangan dagang kedua negara. Konflik perdagangan yang berkepanjangan selama ini membayangi prospek pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi dunia.
Trump sebelumnya menyatakan keinginannya untuk menurunkan tarif impor terhadap barang-barang China, dengan imbalan komitmen Beijing untuk menekan ekspor bahan prekursor pembuatan fentanyl-narkotika sintetis yang banyak memicu kasus overdosis di AS. Pasar menilai langkah ini berpotensi membuka ruang dialog baru antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Selain isu geopolitik, pasar juga merespons kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu malam, sejalan dengan ekspektasi pasar. Pemangkasan ini memberi sentimen positif bagi aset berisiko dan komoditas, termasuk minyak. Namun, The Fed mengisyaratkan bahwa pemangkasan lanjutan belum tentu terjadi dalam waktu dekat karena terbatasnya data ekonomi akibat penutupan sebagian aktivitas pemerintahan AS.
Claudio Galimberti, Kepala Ekonom Rystad Energy, menyebut kebijakan The Fed kali ini menunjukkan arah yang lebih mendukung reflasi dan pertumbuhan ekonomi. "Ini memberi angin segar bagi komoditas yang sensitif terhadap aktivitas ekonomi seperti minyak," ujarnya dalam catatan riset, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, dukungan harga juga datang dari laporan penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan. Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak mentah AS turun 6,86 juta barel menjadi 416 juta barel pada pekan yang berakhir 24 Oktober 2025, jauh di bawah proyeksi analis yang memperkirakan penurunan sekitar 211.000 barel.
Meski demikian, tren harga minyak dunia masih rentan fluktuasi jangka pendek. Pasar kini menantikan hasil konkret dari pertemuan di Busan yang dapat menentukan arah kebijakan perdagangan global ke depan-sekaligus menjadi penentu sentimen utama bagi harga minyak di pekan terakhir Oktober ini.
CNBC Indonesia
(emb/emb)