Alasan Saham Prajogo & Hapsoro Kompak Ambruk Berjamaah
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu dan Happy Hapsoro kompak ambruk pada perdagangan sesi pertama, Senin (27/10/2025). Jatuhnya saham-saham konglo tersebut membuat IHSG terkoreksi dalam.
Emiten milik Prajogo diketahui telah menjadi penopang IHSG dalam beberapa tahun terakhir, bahkan saat saham blue chip dan sektor perbankan ditinggal investor. Jatuhnya saham-saham milik konglo hari ini membuat IHSG sempat turun dalam hingga berayun turun nyaris 5% pada perdagangan intraday. IHSG turun hingga 4,73% dari posisi tertinggi di 8.354 hingga sempat menyentuh level terendah di 7.959 atau kehilangan 395 poin dalam satu sesi perdagangan intraday.
Saham Grup Barito kompak turun dalam, dengan hanya saham Chandra Asri Pacific (TPIA) yang mengalami koreksi paling tipis atau kurang dari 1%. Kemudian ada saham Barito Pacific (BRPT) dan Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) yang pada titik terendah hari ini nyaris menyentuh batas auto rejection bawah (ARB). Kedua saham tersebut berhasil memangkas koreksi namun masih turun dua digit.
Selanjutnya ada saham Chandra Daya Investasi (CDIA), Petrosea (PTRO) dan Barito Renewables Energy (BREN) yang sempat menyentuh ARB, namun mampu memangkas koreksi meskipun tetap mencatatkan koreksi dalam.
Selain saham-saham Prajogo, ada juga saham milik suami dari ketua DPR RI Puan Maharani, Happy Hapsoro, yang ikut terpuruk. Saham Rukun Raharja (RAJA) dan Raharja Energi Cepu (RATU) sempat menyentuh batas ARB hari ini.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengatakan bahwa saham Prajogo ambruk seiring dengan muncul isu perubahan perhitungan MSCI dan kabarnya akan membuat saham Prajogo terdepak.
"Tapi ya itu issue, real dari MSCI belum keluar, tapi effectnya investor panic selling duluan," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (27/10/2025).
Sebagai informasi MSCI akan mengumumkan indeks terbaru pada 5 November 2025 dan akan berlaku efektif pada 25 November 2025.
Terpisah, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan bahwa saham konglomerat semakin ditinggalkan, sedangkan yang lain hanya ikut terseret. "Penurunan ini sangat besar dan cepat, mengejutkan karena baru ATH dan sentimen risk on yang kuat di regional maupun global," katanya.
Dia melanjutkan bahwa saat ini ada pergeseran investasi dari saham konglomerat ke emiten-emiten blue chip. Akan tetapi hal ini belum mampu menopang indeks.
Lukman memperkirakan ada kemungkinan besar investor shifting ke indeks regional lainnya. "Tidak sepenuhnya lari, hanya keluar dari saham-saham konglomerat. Ekspektasi meredanya tensi dagang China-AS bisa meredam saham spekulatif dan mendukung saham-saham bluechip yang memiliki fundamental yang jauh lebih baik," katanya.
Sebelumnya, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, investor saham telah beralih dari sebelumnya mengakumulasi saham-saham emiten konglomerat ke saham-saham perusahaan yang berkinerja baik atau saham blue chip.
"Kalau untuk saat ini memang sudah terjadi shifting dari saham-saham konglomerat ke saham-saham blue chip," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (24/10).
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aliran Dana Asing Deras Keluar, Saham BBCA Turun Takhta