Rupiah Dibuka Menguat, Nilai Tukar Dolar AS Turun Ke Rp16.580
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini.
Merujuk data Refinitiv, pada perdagangan hari ini, Senin (27/10/2025) rupiah dibuka di posisi Rp16.580/US$ atau terapresiasi 0,06%. Sedangkan, pada perdagangan Jumat (24/10/2025), rupiah juga berhasil mengalami penguatan hingga 0,15% dan di tutup pada level Rp16.590.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 09.00 WIB mengalami pelemahan sebesar 0,09 di level 98,864.
Pergerakan rupiah hari ini diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh kombinasi sentimen global dan fluktuasi DXY. Tekanan muncul setelah pemerintah AS memberlakukan larangan terhadap dua raksasa minyak Rusia, Rosneft PJSC dan Lukoil PJSC, yang memicu ketegangan geopolitik dan mendorong harga minyak dunia melonjak tajam.
Dari sisi makroekonomi, rilis data inflasi konsumen (CPI) Amerika Serikat menunjukkan kenaikan 3,0% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 0,4% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada September. Angka ini dibawah eksptektasi pasar yang sempat memperkirakan inflasi AS di September sebesar 3,1%. Hal ini dapat memperkuat spekulasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan segera melonggarkan kebijakan moneternya.
Pasar juga tengah menanti hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar pada 29-30 Oktober 2025, dengan hasil akan diumumkan pada Kamis (30/10/2025) dini hari waktu Indonesia.
Berdasarkan CME FedWatch Tool, pelaku pasar memperkirakan 98,1% probabilitas The Fed akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Jika pemangkasan benar terjadi, langkah tersebut berpotensi menekan dolar AS dan memberikan angin segar bagi rupiah serta aset berisiko di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
(evw/evw)