Rupiah Ditutup Melemah 0,27%, Dolar Jadi Rp 16.615
Jakarta, CNBC Indonesia — Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (23/10/2025).
Melansir data Refinitiv, rupiah tercatat turun 0,27% ke posisi Rp16.615/US$. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan 0,09% pada perdagangan Rabu kemarin.
Pergerakan rupiah hari ini dibayangi sejumlah sentimen, terutama keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI).
Dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI) kemarin, Rabu (22/10/2025), BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 4,75% pada Oktober ini.
Suku bunga Deposit Facility bertahan di 3,75% dan suku bunga Lending Facility tetap di 5,50%.
Keputusan ini menandai berhentinya tren pemangkasan suku bunga selama tiga bulan berturut-turut. Yakni pada Juli, Agustus, dan September yang masing-masing turun sebesar 25 basis poin (bps). Sepanjang tahun ini, BI tercatat telah memangkas suku bunga total 125 bps atau lima kali penurunan.
Rupiah juga akan dibayangi sentiment dari luar negeri, termasuk kabar baru dari perang dagang AS vs China.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengonfirmasi bahwa Gedung Putih sedang mempertimbangkan pembatasan ekspor ke China untuk produk yang dibuat menggunakan perangkat lunak asal AS.
Langkah ini muncul sekitar dua minggu setelah Presiden Donald Trump menyatakan bahwa AS akan memberlakukan pembatasan ekspor terhadap "seluruh perangkat lunak kritis" mulai 1 November.
Shutdown AS juga masih membayangi pasar global.
Shutdown pemerintah Amerika Serikat pada Rabu memasuki hari ke-22 menjadikannya sebagai shutdown terpanjang kedua dalam sejarah, tanpa tanda-tanda akan segera berakhir.
Shutdown terlama berlangsung hampir lima minggu di era Trump 1.0 pada Desember 2018.
Shutdown belum juga berakhir karena Partai Demokrat di Senat menolak untuk menyetujui rancangan undang-undang pendanaan sementara pemerintah yang diajukan Partai Republik, karena tidak mencakup tambahan anggaran untuk layanan kesehatan dan ketentuan lainnya.
(mkh/mkh)