Aset Program Dana Pensiun RI Kalah Jauh dari Malaysia

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
23 October 2025 15:30
Sejumlah pekerja berjalan pulang di Kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (13/12/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Sejumlah pekerja berjalan pulang di Kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (13/12/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia — Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut aset program pensiun di Indonesia masih minim bahkan kalah dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia.

Jika mengacu pada data tahun 2024, total aset program pensiun, baik program pensiun wajib maupun sukarela mencapai lebih dari Rp 1.500 triliun atau setara 6,8% dari PDB, sedangkan Malaysia sudah mencapai 60% dari PDB.

Direktur Pengembangan Dana Pensiun, Asuransi, dan Aktuaria Kementerian Keuangan RI, Ihda Muktiyanto mengungkapkan, saat ini aset dana pensiun masih didominasi oleh program pensiun wajib, khususnya Jaminan Hari Tua (JHT).

Padahal, dana pensiun sangat penting dalam kerangka perlindungan sosial dan juga pembangunan nasional.

Meskipun capaian total aset Indonesia saat ini meningkat. Namun, masih cukup banyak ruang untuk bisa meningkatkan dan mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain.

"Artinya, kita mempunyai tantangan cukup besar untuk meningkatkan skala dan kedalaman aset dana pensiun agar dapat berperan secara signifikan dalam menjamin kesejahteraan lansia sekaligus menjadi motor penggerak pembangunan jangka panjang Indonesia," ujarnya dalam acara Indonesia Pension Fund Summit 2025 di Tangerang Selatan, Kamis (23/10/2025).

Ia menyebut, tantangan terbesar sistem pensiun Indonesia bukan hanya dari soal jumlah atau nilai asetnya saja, melainkan juga terkait dengan cakupan kepesertaan. Dari sekitar 144 juta angkatan kerja di Indonesia, baru sekitar 23,6 juta yang tercatat sebagai peserta program pensiun wajib.

"Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas pekerjaan kita, khususnya di sektor informal dan UMKM,itu masih menghadapi risiko yang cukup besar ketika memasuki masa pensiunnya, tidak dicover dengan jaminan pensiun yang memadai," imbuhnya.

Menurutnya, kondisi tersebut memberikan pesan penting bahwa reformasi sistem pensiun harus diarahkan juga untuk memperluas cakupan kepesertaan secara signifikan.

Ia menambahkan, perlu dipastikan pengeluaran aset pensiun yang ada lebih produktif, transparan, dan juga bisa memberikan keseimbangan yang optimal.

Serta, perlu melakukan upaya yang lebih serius untuk memperluas cakupan program pensiun, sehingga lebih banyak pekerja, terutama untuk yang informal dan juga yang menengah, untuk bisa meningkatkan atau mendapatkan pelindungan di masa pensiunnya.

"Dengan demikian, sistem pensiun kita tidak hanya kuat dari sisi aset, tetapi juga inklusif dari sisi kepesertaan," pungkasnya.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kebiasaan Warga RI Siapkan Pensiun Ternyata Salah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular