
142.000 Konglomerat Dunia Kabur dari Negaranya, Ini Tujuan Favorit

Jakarta, CNBC Indonesia - Para miliarder dunia sedang berbondong-bondong berpindah tempat tinggal menuju negara-negara yang menawarkan keamanan, insentif pajak, pendidikan unggulan, dan kebijakan ramah investor. Fenomena ini mencerminkan pergeseran besar dalam pola migrasi kekayaan global.
Menurut Henley Private Wealth Migration Report 2025, sekitar 142.000 orang kaya dengan aset besar diperkirakan akan berpindah negara sepanjang tahun 2025. Angka sementara ini dihimpun dari data dan analisis pakar sejak Januari hingga Mei, dengan total akhir akan diterbitkan tahun depan setelah data penuh tersedia.
Laporan yang disusun bersama firma intelijen kekayaan global New World Wealth ini menyoroti negara-negara tujuan utama bagi individu berpenghasilan tinggi dan jumlah kekayaan investable yang mereka bawa. Analisis ini memanfaatkan beragam sumber, mulai dari registrasi properti dan perusahaan, aktivitas LinkedIn, lokasi family office, hingga basis klien Henley & Partners sendiri.
Untuk memperkirakan total kekayaan yang bermigrasi ke tiap negara, analis mengalikan jumlah jutawan yang masuk dengan rata-rata kekayaan bersih di negara tujuan. Nilai rata-rata ini bervariasi signifikan antar-pasar, mencerminkan perbedaan profil kekayaan global.
"2025 menjadi momen penting. Sebanyak 142.000 jutawan diproyeksikan berpindah negara secara internasional, dan untuk pertama kalinya dalam satu dekade, Inggris memimpin dunia dalam jumlah jutawan yang keluar," ujar Dominic Volek, Head of Private Clients di Henley & Partners, dikutip dari Business Insider, Kamis (23/10/2025).
Hal ini mencerminkan pandangan bahwa peluang, kebebasan, dan stabilitas yang lebih besar kini berada di luar negara asal mereka. Negara-negara dengan kebijakan pajak ringan dan sistem imigrasi ramah investor menjadi magnet utama bagi mereka.
Uni Emirat Arab (UEA) menempati posisi teratas dengan proyeksi kenaikan bersih 9.800 jutawan, disusul Amerika Serikat sebanyak 7.500 dan Italia 3.600 orang. Sepuluh negara teratas ini diperkirakan akan menerima lonjakan besar jumlah individu kaya pada 2025, yang berpotensi mengubah pasar properti, kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja.
"UEA telah berevolusi dari pusat regional menjadi poros kekayaan global berkat inovasi kebijakan. Pajak penghasilan nol, infrastruktur kelas dunia, stabilitas politik, dan program Golden Visa membuatnya sangat menarik bagi kalangan kaya," kata Volek.
Program Golden Visa yang diluncurkan pada 2019 dan disempurnakan pada 2022 menawarkan izin tinggal lima hingga sepuluh tahun untuk investasi properti dan bisnis. Fleksibilitas inilah yang menjadikannya salah satu skema terbaik di dunia.
Di Amerika Serikat, meski menghadapi ketidakpastian ekonomi dan politik, negara ini tetap menjadi magnet bagi investor kaya. "AS masih menarik rekor jumlah HNWI pada 2025, terutama dari Asia, Amerika Latin, dan Inggris," ujar Volek.
Florida disebut sebagai destinasi favorit, sementara Silicon Valley mempertahankan posisinya sebagai pusat utama bagi pengusaha teknologi kaya dunia. Meski sebagian jutawan lansia pindah ke negara ramah pensiunan, arus masuk tetap jauh melampaui arus keluar.
Italia kini muncul sebagai bintang baru dalam peta migrasi kekayaan global. Negara ini menarik HNWI dari Prancis, Inggris, dan Swiss berkat tarif pajak yang relatif kompetitif dan beban warisan yang hanya 4%, jauh lebih rendah dibandingkan Prancis atau Jerman.
Swiss tetap menjadi magnet bagi kalangan superkaya, khususnya dari Inggris dan Skandinavia. "Zug, Geneva, dan Lugano masih sangat populer, meski Zurich mulai kehilangan daya tarik," ujar Volek.
Arab Saudi menjadi kejutan tahun ini, didorong oleh arus masuk dari Inggris, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Banyak HNWI kelahiran Saudi yang sebelumnya bermukim di Inggris kini memutuskan kembali ke tanah airnya.
Sementara itu, Singapura mengalami perlambatan arus masuk jutawan dibanding tahun sebelumnya. "Pertumbuhan family office di Singapura menurun, dan banyak HNWI kini memilih pindah ke UEA, khususnya di sektor jasa keuangan," jelas Volek.
Portugal dan Yunani juga terus naik daun berkat gaya hidup, insentif pajak, dan program investasi yang sukses. "Lisbon dan Algarve sangat diminati di Portugal, sementara Riviera Athena dan Kepulauan Yunani menjadi primadona di Yunani," kata Volek.
Wilayah Eropa Selatan kini muncul sebagai pusat gravitasi baru migrasi kekayaan di kawasan tersebut. Namun, Kanada dan Australia, dua tujuan tradisional, menunjukkan tanda-tanda kejenuhan dengan tingkat arus masuk terendah sepanjang sejarah.
Adapun 10 negara dengan peningkatan jutawan terbesar pada 2025 adalah, sebagai berikut:
1. Uni Emirat Arab
2. Amerika Serikat
3. Italia
4. Swiss
5. Arab Saudi
6. Singapura
7. Portugal
8. Yunani
9. Kanada
10. Australia
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Pentingnya Mendongkrak Pajak Menopang Kemandirian Ekonomi RI
