Pasar Saham AS dan Harga Emas Ambruk Berjamaah, Ada Apa?

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Jumat, 10/10/2025 19:10 WIB
Foto: Infografis/China - Kazakhstan Terus Borong Emas, Diam-Diam RI Malah Obral/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (9/10/2025) waktu setempat, usai para investor melakukan aksi ambil untung setelah reli tajam dalam beberapa pekan terakhir, sementara aset berisiko mulai terkoreksi.

Mengutip The Wall Street Journal, Indeks S&P 500 turun 0,3%, sedangkan Nasdaq Composite yang banyak berisi saham teknologi melemah 0,1%. Kedua indeks tersebut sehari sebelumnya sempat mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang masa. Adapun Dow Jones Industrial Average turun 0,5% atau turun 243 poin.


Harga emas anjlok 2,4% ke posisi US$3.946,30 per troy ounce, setelah sempat menembus level US$4.000 untuk pertama kalinya pada Selasa. Perak ikut terkoreksi 3,7% ke US$46,85. Kedua logam mulia tersebut sebelumnya menguat karena meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven di tengah penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) AS.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik tipis menjadi 4,146%, seiring tekanan jual pada harga obligasi.

Penutupan pemerintahan AS, yang memasuki minggu kedua mulai menekan aktivitas bisnis di AS. Sejumlah perusahaan dilaporkan mengalami keterlambatan pembayaran dan mempertimbangkan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kondisi ini juga menghambat rilis data ekonomi penting, termasuk laporan ketenagakerjaan bulan September, yang berpotensi memengaruhi arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Data alternatif dari lembaga keuangan Wall Street menunjukkan pasar tenaga kerja mulai mendingin.

"Ketika pasar tenaga kerja mulai melemah, biasanya pasar saham ikut terkoreksi begitu mencapai titik tertentu," ujar Matt Stucky, Chief Portfolio Manager of Equities di Northwestern Mutual Wealth Management kepada Wall Street Journal, dikutip Jumat (10/10/2025).

"Saya rasa belum sampai ke sana, tapi risikonya mulai terlihat."

Meski data ekonomi terbatas, pelaku pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Oktober semakin besar.

John Williams, Presiden The Fed New York, dalam wawancara dengan The New York Times mengatakan kekhawatirannya terhadap pelemahan pasar tenaga kerja bisa membuatnya mendukung penurunan suku bunga lebih lanjut tahun ini. Namun, Gubernur The Fed Michael Barr menyerukan kehati-hatian dalam langkah selanjutnya, dengan menyebut bahwa inflasi belum cukup turun ke target 2%.

Sejumlah investor menilai koreksi pasar saat ini kemungkinan hanya bersifat sementara. Selain daya tahan pasar yang tetap kuat di tengah penutupan pemerintahan, optimisme terhadap sektor kecerdasan buatan (AI) juga masih tinggi. Saham Nvidia naik 1,8% setelah laporan menyebut pemerintah AS menyetujui ekspor chip bernilai miliaran dolar ke Uni Emirat Arab (UEA).

Pemerintahan Trump juga dikabarkan membuat kemajuan dalam kesepakatan ekspor semikonduktor ke Arab Saudi. Kenaikan tersebut mengangkat nilai pasar Nvidia ke rekor US$4,7 triliun.

"Sentimen investor saat ini sangat positif, sehingga beban pembuktian justru ada di pihak yang pesimis untuk mencari alasan kenapa pasar tidak bisa naik," ujar Mark Hackett, Chief Market Strategist di Nationwide.

Optimisme pasar juga didorong oleh dimulainya musim laporan keuangan kuartal III-2025, yang diperkirakan akan menjadi fokus utama di tengah minimnya data ekonomi baru.

Menurut FactSet, perusahaan-perusahaan dalam indeks S&P 500 diperkirakan membukukan pertumbuhan laba sebesar 8% pada kuartal III, menandai sembilan kuartal berturut-turut pertumbuhan laba tahunan.

Beberapa emiten besar sudah melaporkan hasil di atas ekspektasi. Saham Delta Air Lines melonjak 4,3% setelah membukukan kinerja keuangan lebih baik dari perkiraan dan menargetkan musim liburan dengan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah. Sementara PepsiCo naik 4,2% usai mencatat laba dan pendapatan yang melampaui proyeksi analis.

Di pasar valuta asing, peso Argentina menguat terhadap dolar AS. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan pemerintah AS membeli peso sebagai bentuk dukungan terhadap reformasi ekonomi yang dijalankan Presiden Argentina Javier Milei.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Nasib Industri Alat Berat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi