
Simak Capaian Pindar Dorong Inklusi Keuangan dan Pembiayaan UMKM

Jakarta, CNBC Indonesia - Layanan financial technology atau fintech turut mendorong inklusi keuangan di Indonesia dengan menjangkau masyarakat di pelosok negeri, yang diiringi edukasi dan literasi. Salah satu produk Fincteh yang turut memberdayakan masyarakat yakni pinjaman daring (pindar). Layanan pindar juga membuka jalan pembiayaan bagi masyarakat dan UMKM yang belum terlayani perbankan.
Keberadaan pindar juga mengubah budaya pinjam-meminjam masyarakat Indonesia, dari sebelumnya terbatas pada keluarga, teman, dan lembaga keuangan konvensional menjadi lebih beragam dan masuk ke ranah digital. Kini masyarakat memiliki akses ke fasilitas keuangan alternatif, seperti Buy Now Pay Later (BNPL), pindar, dan lainnya.
Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat inklusi keuangan Indonesia mencapai 80,51%. Indeks literasi keuangan nasional berkelanjutan berada di level 66,46% pada 2025 dari 65,43% di tahun sebelumnya.
Adapun rinciannya, konvensional sebesar 66,46% dan syariah 43,42% untuk literasi keuangan nasional metode berkelanjutan.
Policy and Program Director Prasasti Center for Policy Studies, Piter Abdullah menyebut kehadiran pindar menjadi salah satu pilihan masyarakat, terutama yang tidak memiliki akses pada perbankan, ketika mereka membutuhkan pinjaman. Dengan kata lain, tren pemanfaatan pindar terbilang tinggi karena hadir sebagai salah satu alternatif.
"Saya baru selesai melakukan survei. Hasilnya belum resmi saya publish. Survey dilakukan di Juni Juli yang lalu di 6 provinsi dengan sampel 2.000 lebih responden," jelas dia kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.
Lebih lanjut, Piter juga menyebut, pindar menjadi alternatif bagi UMKM sebagai sumber pembiayaan produktif. Dia menegaskan kondisi ini mengindikasikan keberhasilan edukasi dan literasi keuangan.
"Kondisi ini saya kira mengindikasikan keberhasilan edukasi dan literasi keuangan yang dilakukan oleh OJK dan pelaku pindar. Walaupun faktor utamanya saya kira masih adalah keterdesakan. Masyarakat tidak punya banyak pilihan untuk mendapatkan pinjaman secara mudah dan cepat," tambah dia.
Diketahui secara umum, kinerja industri pindar dari sisi pembiayaan menunjukkan pertumbuhan positif. OJK mencatat sektor UMKM mendominasi pendanaan pindar.
Sebelumnya, Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengungkapkan, dari total outstanding pendanaan pindar per Februari 2025 sebesar Rp 80,07 triliun, 36,53% atau senilai Rp29,25 triliun berasal dari outstanding pendanaan Pindar pada sektor produktif dan/atau UMKM.
Porsi itu meningkat dari sebulan sebelumnya yang sebesar 35,64%, dengan adanya peningkatan outstanding pendanaan kepada sektor UMKM sebesar Rp1,27 triliun di industri Pindar.
"Hal ini antara lain merupakan dampak dari penyesuaian manfaat ekonomi yang mulai berlaku pada awal 2025 dalam rangka mendorong penyaluran pendanaan yang lebih optimal dari Pindar, termasuk pada sektor UMKM," kata Agusman beberapa waktu lalu.
Agusman mengakui, penyelenggara Pindar memang terus didorong untuk meningkatkan pendanaan pada sektor produktif dan/atau UMKM sebagaimana yang tertuang dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan LPBBTI/Pindar periode 2023-2028.
Catatan ini pun menjadi capaian keberhasilan dalam rangka Bulan Inklusi Keuangan (BIK) yang diperingati setiap Oktober. BIK bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan produk dan layanan keuangan yang terjangkau dan berkelanjutan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif.
(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inklusi Asuransi Masih 28,05%, Anak Muda Jadi Incaran
