Naik 0,36% ke 8.169, IHSG Cetak Rekor ATH Baru

fsd, CNBC Indonesia
Selasa, 07/10/2025 16:21 WIB
Foto: Pergerakan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dafar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,36% atau naik 29,38 poin pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (7/10/2025). Torehan tersebut merupakan rekor harga penutupan tertinggi IHSG atau berada di level 8.169,28.

Sebanyak 280 saham naik, 401 turun, dan 119 tidak bergerak. Nilai transaksi hari ini tergolong ramai atau mencapai Rp 28,74 triliun, yang melibatkan 44,56 miliar saham dalam 3,17 juta kali transaksi.


Mayoritas sektor perdagangan menguat dengan saham-saham emiten blue chip dengan kapitalisasi jumbo tercatat terapresiasi bersama juga saham-saham milik konglomerat.

Emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu tercatat menjadi penggerak utama kinerja IHSG. Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) naik 24,72% ke Rp 2.220 per saham dengan kontribusi 18,15 indeks poin ke IHSG. Lalu ada saham Barito Pacific (BRPT) yang naik 3,5% ke Rp 4.140 per saham dengan kontribusi 8,72 poin dan saham Chandra Daya Investasi (CDIA) yang melesat 11,50% ke 2.230 per saham dengan sumbangsih 7,04 indeks poin.

Kemudian ada juga saham milik konglomerat Mochtar Riady Grup Lippo Multipolar Technology (MLPT) yang kembali menyentuh batas auto rejection atas (ARA) dengan kontribusi 7,84 indeks poin.

Sejumlah emiten lain yang ikut menjadi penggerak IHSG termasuk BBRI, BBCA dan BMRI.

Adapun pekan kedua Oktober akan menjadi periode yang padat bagi pelaku pasar, baik di dalam maupun luar negeri. Sejumlah rilis ekonomi dari Bank Indonesia (BI), risalah rapat The Federal Reserve (The Fed), hingga penutupan pemerintahan Amerika Serikat yang masih berlanjut akan menjadi penentu arah pergerakan IHSG hingga rupiah sepanjang pekan ini.

Pada perdagangan hari ini, Selasa (7/10/2025), tampaknya tidak banyak sentimen baru yang dapat memberikan arah kuat terhadap pergerakan pasar keuangan domestik.
Namun, pelaku pasar tetap akan mencermati sejumlah rilis data ekonomi penting dari Bank Indonesia (BI) serta perkembangan harga komoditas global yang berpotensi memengaruhi pergerakan IHSG dan nilai tukar rupiah.

Dari dalam negeri, fokus utama tertuju pada data cadangan devisa (cadev) dan uang primer (M0) September 2025 yang akan dirilis BI hari ini. Selain itu, penguatan harga komoditas logam industri seperti timah juga menjadi perhatian pelaku pasar, mengingat dampaknya terhadap kinerja emiten pertambangan dan sektor ekspor nasional.

Cadangan Devisa RI September & Uang Primer (M0)

Bank Indonesia (BI) akan merilis data cadangan devisa RI untuk periode September 2025 pada Hari ini, Selasa (7/10/2025).

Pada rilis periode Agustus 2025, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar US$150,7 miliar, turun dari US$152,0 miliar pada Juli 2025. BI menjelaskan penurunan tersebut disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Harga Timah Dunia Tembus Rekor Tertinggi 6 Bulan

Harga timah dunia kembali mendidih, didorong kekhawatiran pasar terhadap berkurangnya pasokan dari dua produsen utama dunia, yakni Indonesia dan Myanmar.

Harga timah tiga bulan di London Metal Exchange (LME) dengan kode CMSN3 melonjak hingga lebih dari US$37.500 per ton atau sekitar Rp620,44 juta (US$1 = Rp16.545) pada perdagangan Jumat (3/10/2025). Level ini merupakan yang tertinggi sejak April 2025, ketika pasar global juga sempat terguncang akibat gangguan produksi di tambang Bisie, Republik Demokratik Kongo.

Lonjakan ini terjadi setelah pemerintah Indonesia menutup lebih dari 1.000 tambang ilegal di Bangka Belitung, yang selama ini menjadi salah satu sumber pasokan global. Langkah tegas Presiden Prabowo Subianto tersebut memperketat rantai pasokan timah dunia, memperkuat persepsi pasar akan kelangkaan logam ini, dan akhirnya mendorong harga naik signifikan.

Dana Asing Mulai Banjiri RI

Dana asing kembali membanjiri Indonesia. Setelah mencatat net sell besar-besaran di akhir September, dana asing mulai masuk dan mencatat net buy dalam dua hari beruntun.

Pada Jumat net buy tercatat hampir Rp 200 miliar tetapi angkanya kemudian melonjak menjadi Rp 2 triliun pada perdagangan kemarin. Net buy ini menjadi kabar baik karena bisa membuat IHSG semakin kuat.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Shutdown AS Tak Ganggu Pasar Global-IHSG Ditutup Menguat