IHSG Kembali Berakhir di Zona Merah, Ditutup Turun 0,21%
Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan tren negatif pada perdagangan hari ini, Rabu (1/10/2025). Indeks ditutup turun 0,21% atau 17,24 poin 8.043,82.
Pada perdagangan kemarin, Selasa (30/9/2025), IHSG juga ditutup turun. Indeks melorot 62,18 poin atau 0,77%.
Pada hari ini, sebanyak 300 saham naik, 400 saham turun, dan 257 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 23,78 triliun, yang melibatkan 57,9 miliar saham dalam 2,8 juta kali transaksi.
Mengutip Refinitiv, utilitas dan finansial menjadi pemberat indeks. Masing-masing sektor tersebut turun -1,74% dan -1,42%.
Hal tersebut seiring dengan saham-saham bank jumbo yang menjadi pemberat. BBRI yang turun 2,31% membebani IHSG sebesar -14,9 indeks poin, BBCA -8,96 indeks poin, dan BBNI -1,79 indeks poin.
Lalu saham-saham energi dan tambang juga menyeret indeks ke zona merah. Amman Mineral (AMMN) yang turun 3,81% menyumbang -8,66 indeks poin, Barito Renewables Energy (BREN) membebani 8,57 indeks poin, dan Dian Swastika Sentosa (DSSA) -2,7 indeks poin.
Sementara itu, saham-saham yang tampil ciamik dan menjadi penopang IHSG adalah:
- Elang Mahkota Teknologi (EMTK) naik 24,7% ke 1.565
- DCI Indonesia (DCII) naik 3,8% ke 284.050
- Bumi Resources Minerals (BRMS) naik 11,31% ke 935
- Energi Mega Persada (ENRG) naik 18,01% ke 950
- Bumi Resources (BUMI) naik 8,05% ke 161
Adapun sepanjang bulan lalu IHSG menguat 2,94%. Indeks ditutup pada rentang 7.628,61-8.126,56.
Reli pada September didorong oleh pemangkasan suku bunga BI menjadi 4,75% dan gebrakan baru dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Di antaranya pemberian likuiditas terhadap bank Himbara hingga tidak adanya kenaikan tarif cukai tembakau (CHT) untuk 2026.
IHSG juga didorong oleh tingginya transaksi harian yang mencapai di atas Rp30 triliun hingga Rp69 triliun, yang terjadi sepanjang Agustus hingga September 2025.
Pada bulan ini,IHSG diperkirakan akan kembali melanjutkan reli. Hal ini didorong oleh banyak sentimen positif yang akan mulai berjalan di periode ini.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tembus level di atas 5,5% pada kuartal IV-2025.
Penyebabnya, pemerintah tengah fokus melakukan ekspansi fiskal dengan menggelontorkan dana menganggur pemerintah, memberikan stimulus ekonomi, hingga dukungan Bank Indonesia melalui kebijakan moneter longgar.
Purbaya bilang berbagai kebijakan itu baru akan mulai berefek pada akhir tahun karena pada kuartal III-2025 masih banyak permasalahan yang membuat tekanan ekonomi. Mulai dari demonstrasi hingga tekanan kurs.
Sebagaimana diketahui, sejak dilantik pada 8 September 2025 oleh Presiden Prabowo Subianto, Purbaya telah menyatakan komitmennya untuk terus menggelontorkan belanja negara demi mendorong ekonomi masyarakat.
Dia bahkan mengeluarkan dana menganggur pemerintah senilai Rp 200 triliun dari Bank Indonesia ke lima bank negara supaya peredaran uang primer atau M0 dapat tumbuh tinggi.
Lalu, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan stimulus ekonomi lanjutan yang disebut dengan kebijakan paket ekonomi 8+4+5 yang akan dikerahkan hingga 2026. Total anggaran paket stimulus itu mencapai Rp 16,23 triliun.
Pada 17 September 2025, Bank Indonesia juga menyatakan, ikut mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat dengan berbagai kebijakan. Seperti melalui kebijakan moneter longgar dengan memangkas suku bunga acuan BI Rate menjadi 4,75%.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun telah memastikan, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penurunan suku bunga, pelonggaran likuiditas, peningkatan insentif makroprudensial, serta percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan.
(mkh/mkh)