Purbaya Pede Investor Asing Bakal Serbu RI: Mereka Bakal Menikmati!
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa buka suara ihwal derasnya aliran modal asing yang keluar dari Indonesia pada pekan lalu, hingga akhirnya membuat premi risiko meningkat. Premi risiko itu tercermin dari naiknya level premi credit default swap (CDS).
Purbaya mengatakan, aliran modal asing yang keluar sebetulnya tak terjadi di pasar saham, melainkan sebatas di pasar obligasi. Pasar saham memang kini cenderung terus mengalami penguatan hingga mampu bertengger di level 8.123,24, berlawanan arah dengan pasar obligasi yang justru mengalami tekanan sejak pekan lalu.
"Kalau Anda lihat bursa saham naik terus kan. Pasti asing banyak masuk sana. Jumat aja asing masuk," kata Purbaya seperti dikutip Selasa (30/9/2025).
Adapun terkait dengan tekanan di pasar obligasi, Purbaya mengatakan, lebih disebabkan belum terserapnya sinyal pemerintah kepada para investor terkait dengan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat.
Ia percaya diri, bila sinyal itu sudah dipahami dengan kuat oleh para investor, maka mereka akan berbondong-bondong balik menanamkan modalnya di tanah air.
"Kalau investor tahu saya enggak main-main memperbaiki ekonomi Indonesia dan ke depan ekonomi Indonesia betul-betul akan membaik, harusnya sih mereka akan masuk ke sini. Karena investor masuk ke sini untuk ikut menikmati kue ekonomi, bukan untuk membangun. Jadi kalau prospek ekonominya bagus, biasanya mereka masuk," ucap Purbaya.
Purbaya pun memastikan, pada kuartal IV-2025 Indonesia akan bisa menikmati level pertumbuhan hingga di atas 5,5% yoy karena kebijakan fiskal ekspansif yang kini betul-betul dilaksanakan pemerintah, dan kebijakan moneter dari Bank Indonesia yang sangat longgar untuk turut serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Harusnya ke depan akan bagus. Ke depannya saya yakin triwulan yang ketiga mungkin agak lambat karena waktu kecewaan kan. Tapi triwulan keempat saya yakin pertumbuhannya akan lebih bagus dibanding tiruan-tiruan sebelumnya, saya yakin akan ada di atas 5,5% triwulan keempat ya," tegasnya.
Sebagaimana diketahui, investor asing masih kabur dari pasar Indonesia hingga mencatat net outflow pekan lalu.
Merujuk data Bank Indonesia berdasarkan transaksi sepanjang 22-25 September 2025, total net ouflow sebesar Rp 2,17 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan pada pekan sebelumnya yang tercatat Rp 8,12 triliun.
Net sell di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 2,16 triliun dan di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp 5,06 triliun.
Kabar baiknya, di pasar saham mencatat net inflow sebesar Rp 4,51 triliun setelah. Net outflow di pasar keuangan Indonesia sudah berlangsung lima pekan sebelumnya dengan nilai menembus Rp 32,17 triliun.
Sementara itu, secara keseluruhan, selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 September 2025, asing net outflow sebesar Rp51,34 triliun di pasar saham dan Rp128,85 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp 36,25 triliun di pasar SBN.
Indikator Bank Indonesia juga menunjukkan premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun melesat ke 83,18 bps, naik dibanding dengan 19 September 2025 sebesar 69,59 bps.
Premi CDS Indonesia pekan lalu menjadi yang tertinggi sejak pertengahan Mei 2025 atau empat bulan terakhir yang saat itu ada di angka 88,93.
Sebagai catatan, CDS merupakan instrumen derivatif yang mencerminkan biaya perlindungan terhadap risiko gagal bayar utang suatu negara atau korporasi.
Semakin tinggi level CDS, maka semakin mahal biaya asuransi risiko tersebut yang berarti investor melihat risiko Indonesia meningkat. Naiknya CDS membuat investor asing cenderung mengurangi eksposur di pasar domestik sehingga dapat memberi tekanan terhadap rupiah.
"Kalau kita lihat, capital outflow terus terjadi. Faktor internal cukup besar. Saat ini porsi bond holding lebih banyak di bank domestik. Iklim investasi tampaknya juga belum kondusif karena banyak perubahan kebijakan, ditambah spread suku bunga dengan AS yang makin kecil. Mungkin juga ada outflow dari investor lokal," jelas Ekonom UOB Kayhian, Surya Wijaksana.
(arj/mij)