IHSG Ditutup Anjlok 1,06%, Ini Penyebabnya

fsd, CNBC Indonesia
25 September 2025 16:19
Pergerakan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pergerakan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tiba-tiba merosot 1% lebih pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (25/9/2025). Indeks turun 85,89 poin ke level 8.040,66 pada penutupan perdagangan hari ini. Sebanyak 434 saham turun, 242 naik, dan 123 saham tidak bergerak.

Nilai transaksi tergolong ramai atau mencapai Rp 23,92 triliun. Sebanyak 52,52 miliar saham berpindah tangan dalam 2,68 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun susut menjadi Rp 14.783 triliun.

Pelemahan ini mengakhiri reli IHSG yang selama dua hari beruntun mencatatkan rekor harga penutupan tertinggi sepanjang masa (ATH) di Bursa Efek Indonesia.

Mayoritas sektor perdagangan melemah dengan koreksi terbesar dicatatkan oleh sektor barang baku, teknologi dan finansial. Sedangkan kenaikan terbesar dicatatkan oleh sektor konsumer primer dan properti.

Saham emiten raksasa kapitalisasi besar tercatat menjadi pemberat kinerja IHSG. Pelemahan terjadi merata nyaris di seluruh sektor perdagangan.

Adapun saham-saham yang menjadi pemberat kinerja IHSG hari ini termasuk BBRI dengan kontribusi koreksi 16,54 indeks poin, BRPT koreksi 16,21 indeks poin, DCII koreksi 10,6 indeks poin.

Sejumlah saham lain yang ikut mengerek IHSG turun termasuk AMMN, DSSA, ANTM, MDKA, ASII, BBCA dan TLKM.

Sementara itu, hari ini bursa Asia terpantau bergerak bervariasi dengan indeks acuan Jepang Nikkei 225 dan indeks acuan Australia ASX 200 menguat dan indeks acuan Hong Kong, China, India dan Korea Selatan tercatat melemah.

IHSG mengalami koreksi seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (25/9/2025).

Merujuk data Refinitiv, mata uang garuda terdepresiasi hingga 0,39% atau naik ke level Rp16.735/US$, sekaligus menjadikan pelemahan rupiah dalam enam hari beruntun dan berada di level terendah dalam lima bulan.

Selama perdagangan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menyentuh level Rp16.755/US$, sebelum pelemahannya sedikit membaik hingga akhir perdagangan.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB terpantau menguat 0,01% di level 97,880. Setelah pada perdagangan kemarin, Rabu (24/9/2025) DXY menguat kencang ke level 97,873 atau naik 0,63%.

Pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh pengaruh sentimen dalam maupun luar negeri, mulai dari menguatnya indeks dolar AS hingga keluarnya modal asing dari Tanah Air dalam beberapa waktu belakangan.

Indeks dolar AS memang tengah dalam tren penguatan, sejak pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell pekan lalu yang menyampaikan nada hati-hati mengenai prospek pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

Penguatan indeks dolar terjadi karena pasar mengartikan pernyataan Powell sebagai sinyal bahwa The Fed belum akan terburu-buru melonggarkan kebijakan moneter. Powell menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara menurunkan inflasi yang masih relatif tinggi dengan risiko pelemahan pasar tenaga kerja.

Menurut Ekonom UOB Kayhian, Surya Wijaksana, pelemahan rupiah tidak lepas dari derasnya arus keluar modal asing serta kondisi pasar keuangan domestik yang kurang kondusif.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Lanjutkan Reli Dekati Level 6.800 Ditopang Deretan Saham Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular