Rupiah Makin Melemah, Dolar AS Naik ke Rp 16.735

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
Kamis, 25/09/2025 15:10 WIB
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (25/9/2025).

Merujuk data Refinitiv, mata uang garuda terdepresiasi hingga 0,39% atau naik ke level Rp16.735/US$, sekaligus menjadikan pelemahan rupiah dalam enam hari beruntun.


Selama perdagangan, rupiah bahkan sempat menyentuh level Rp16.755/US$, sebelum pelemahannya sedikit membaik hingga akhir perdagangan.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB terpantau menguat 0,01% di level 97,880. Setelah pada perdagangan kemarin, Rabu (24/9/2025) DXY menguat kencang ke level 97,873 atau naik 0,63%.

Pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh pengaruh sentimen dalam maupun luar negeri, mulai dari menguatnya indeks dolar AS hingga keluarnya modal asing dari Tanah Air dalam beberapa waktu belakangan.

Indeks dolar AS memang tengah dalam tren penguatan, sejak pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell pekan lalu yang menyampaikan nada hati-hati mengenai prospek pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

Penguatan indeks dolar terjadi karena pasar mengartikan pernyataan Powell sebagai sinyal bahwa The Fed belum akan terburu-buru melonggarkan kebijakan moneter. Powell menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara menurunkan inflasi yang masih relatif tinggi dengan risiko pelemahan pasar tenaga kerja.

Menurut Ekonom UOB Kayhian, Surya Wijaksana, pelemahan rupiah tidak lepas dari derasnya arus keluar modal asing serta kondisi pasar keuangan domestik yang kurang kondusif.

"Kalau kita lihat, capital outflow terus terjadi. CDS naik dari 70 ke 81. Memang DXY masih di kisaran 97-98, tetapi faktor internal cukup besar. Saat ini porsi bond holding lebih banyak di bank domestik. Iklim investasi tampaknya juga belum kondusif karena banyak perubahan kebijakan, ditambah spread suku bunga dengan AS yang makin kecil. Mungkin juga ada outflow dari investor lokal," jelas Surya.

Senada dengan Surya, Rully Wisnubroto, Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menilai tekanan juga muncul dari faktor kebijakan fiskal.

"Saat ini memang sentimen dipengaruhi oleh kekhawatiran akan kebijakan fiskal yang ditempuh Menkeu baru yang terlalu agresif dan kurang memperhatikan kehati-hatian, terlihat dari CDS 5Y Indonesia yang terus naik," katanya.


(evw/evw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Terus Melemah, Tembus Rp16.750 per Dolar AS