Gegara Indonesia, Dunia Terguncang Kekurangan Pasokan Tembaga

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
25 September 2025 12:37
Situasi terkini penyelamatan 7 karyawan di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave Freeport Indonesia. Dok: PTFI
Foto: Situasi terkini penyelamatan 7 karyawan di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave Freeport Indonesia. Dok: PTFI

Jakarta, CNBC Indonesia - Goldman Sachs memangkas proyeksi pasokan tambang tembaga global untuk 2025 dan 2026. Hal ini buntut terjadinya insiden longsoran di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, yang dioperasikan PT Freeport Indonesia, anak usaha Freeport-McMoRan. Tambang Freeport di Papua ini merupakan tambang tembaga terbesar kedua di dunia.

Seperti diketahui, insiden yang terjadi pada 8 September 2025 itu membuat tujuh pekerja terjebak di tambang bawah tanah akibat aliran lumpur berat. Dua jenazah korban sudah berhasil dievakuasi pada Sabtu (20/09/2025). Namun, untuk lima korban lainnya masih dalam proses pencarian.

Melansir Reuters, Kamis (25/09/2025), operator Freeport-McMoRan pun terpaksa menyatakan force majeure.

Goldman Sachs memperkirakan total kehilangan pasokan tembaga mencapai 525.000 ton imbas dari gangguan tersebut. Proyeksi pasokan tambang global pun dipangkas sebesar 160.000 ton pada paruh kedua 2025 dan 200.000 ton pada 2026.

Produksi Grasberg kini diperkirakan turun 250.000 hingga 260.000 ton pada 2025 dan berkurang 270.000 ton pada 2026. Freeport menilai produksi kuartal IV 2025 akan sangat rendah, lantaran area tambang yang tidak terdampak baru bisa kembali beroperasi pertengahan kuartal, dengan porsi sekitar 30%-40% dari kapasitas tahunan.

Sisa area tambang Grasberg diperkirakan baru dapat beroperasi kembali pada 2026. Goldman Sachs menegaskan, kehilangan produksi ini melampaui perkiraan normal gangguan pasokan global yang biasanya mereka perhitungkan.

Akibatnya, proyeksi pertumbuhan produksi tambang global 2025 dipangkas menjadi hanya naik 0,2% dibanding tahun sebelumnya, dari sebelumnya 0,8%. Sedangkan untuk 2026, proyeksi pertumbuhan diturunkan menjadi 1,9% dari semula 2,2%.

Gangguan di Grasberg juga mengubah proyeksi neraca tembaga global Goldman Sachs untuk 2025 dari surplus 105.000 ton menjadi defisit 55.500 ton. Sementara pada 2026, neraca pasokan tembaga diperkirakan masih mencatat surplus tipis.

Goldman Sachs juga melihat adanya risiko kenaikan harga dibandingkan proyeksi Desember 2025 di level US$ 9.700 per ton. Harga tembaga diperkirakan bisa berada di kisaran US$ 10.200 hingga US$ 10.500 per ton.

Bank tersebut tetap mempertahankan proyeksi jangka panjang harga tembaga sebesar US$ 10.750 per ton pada 2027. Proyeksi itu didasarkan pada tantangan industri seperti kedalaman tambang yang semakin dalam, kadar bijih yang menurun, kesulitan ekstraksi, serta gangguan di tambang lain seperti Kamoa-Kakula dan El Teniente.

Pada perdagangan London Metal Exchange, harga tembaga acuan tiga bulan tercatat US$10.277,50 per ton pada pukul 03.10 GMT.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menengok Prospek Saham BUMI, Apakah Masih Cerah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular