Ada Profit Taking, Harga Minyak Dunia Melemah ke US$69,11 per Barel

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
Kamis, 25/09/2025 10:50 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah global bergerak melemah tipis pada Kamis (25/9/2025) pagi, setelah sehari sebelumnya melonjak ke level tertinggi dalam tujuh minggu. Aksi ambil untung investor menjadi faktor utama pelemahan kali ini.

Mengutip Refinitiv, pada pukul 10.15 WIB minyak Brent tercatat di posisi US$69,11 per barel, turun 0,29% dibanding penutupan sehari sebelumnya. Sementara minyak mentah Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), diperdagangkan di US$64,75 per barel, terkoreksi 0,37%.


Sehari sebelumnya, Brent sempat menyentuh level US$69,31, tertinggi sejak awal Agustus. Lonjakan ini dipicu oleh data stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang turun tak terduga serta meningkatnya risiko pasokan akibat serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia.

"Setelah menguji batas atas rentang harga dalam beberapa pekan terakhir, wajar jika ada aksi ambil untung pagi ini," ujar Tony Sycamore, analis pasar di IG, dikutip Reuters.

Dukungan utama harga datang dari laporan Energy Information Administration (EIA) yang mencatat stok minyak mentah AS turun 607.000 barel pada pekan yang berakhir 19 September. Angka ini berbanding terbalik dengan ekspektasi analis dalam survei Reuters yang memperkirakan kenaikan 235.000 barel.

Meski lebih kecil dibanding proyeksi penurunan American Petroleum Institute (API) yang mencapai 3,8 juta barel, data ini tetap menegaskan adanya pengetatan suplai di pasar AS.

Selain stok, kekhawatiran pasokan dari Rusia juga membayangi pasar. Ukraina dalam beberapa pekan terakhir meningkatkan serangan drone ke kilang dan terminal ekspor Rusia, menekan kapasitas ekspor energi Moskow.

Rusia sendiri kini menghadapi potensi kelangkaan bahan bakar dalam negeri, sehingga opsi pembatasan ekspor menjadi pertimbangan pemerintah setempat.

Di sisi lain, analis menilai permintaan global masih solid sehingga menopang harga. Haitong Securities menulis dalam risetnya bahwa hingga kini belum terlihat indikasi kelebihan pasokan yang signifikan.

J.P. Morgan memperkirakan permintaan minyak global tumbuh 800.000 barel per hari (bph) sepanjang 2025, sedikit di bawah proyeksi awal 830.000 bph. Hingga 23 September, rata-rata permintaan tercatat 104,4 juta bph, sesuai proyeksi lembaga tersebut.

CNBC Indonesia


(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Melemah Saat Stimulus Ditebar, Ini Kata Bos Sekuritas