Breaking! Dolar AS Sentuh Rp16.710

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
25 September 2025 09:08
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (25/9/2025).

Merujuk data Refinitiv, rupiah dibuka terdepresiasi 0,12% ke posisi Rp16.690/US$. Namun tak berselang lama, pelemahan rupiah semakin dalam hingga menyentuh level Rp16.710/US$. Menjadikannya level terlemah nya dalam lima bulan atau sejak April 2025.

Pelemahan ini sekaligus melanjutkan tren pelemahan rupiah setelah pada perdagangan kemarin, Rabu (25/9/2025) rupiah ditutup koreksi tipis 0,06% di level Rp16.670/US$. 

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 09.00 WIB mengalami pelemahan 0,04% di level 97,817. Meski demikian, DXY ditutup menguat cukup signifikan pada perdagangan kemarin yang terapresiasi 0,63% ke level 97,873.

Rupiah masih dibayang-bayangi tekanan seiring dengan menguatnya indeks dolar Amerika Serikat (AS).

Indeks dolar AS memang tengah dalam tren penguatan, sejak pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell pekan lalu yang menyampaikan nada hati-hati mengenai prospek pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

Penguatan indeks dolar terjadi karena pasar menafsirkan pernyataan Powell sebagai sinyal bahwa The Fed belum akan terburu-buru melonggarkan kebijakan moneter. Powell menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara menurunkan inflasi yang masih relatif tinggi dengan risiko pelemahan pasar tenaga kerja.

Hal ini membuat investor menilai peluang pemangkasan suku bunga yang lebih agresif semakin kecil, sehingga dolar kembali menjadi aset lindung nilai yang lebih aman.

Pelaku pasar kini juga tengah menunggu rilis data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS yang turut menjadi indikator bagi bagi perekonomian AS yang dapat menjadi faktor penahan minat terhadap aset berisiko, termasuk mata uang emerging market seperti rupiah.

Dengan dolar yang menguat secara luas, rupiah diperkirakan akan tetap berada dalam tren pelemahan jangka pendek apalagi sentimen global masih didominasi oleh sikap hati-hati investor dalam menanti kepastian langkah bank sentral AS.


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ditutup Melemah, Dolar AS ke Rp16.280

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular