Rupiah Melemah, Dolar AS Makin Perkasa Naik ke Rp16.600

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
22 September 2025 15:09
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia -Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (22/9/2025) rupiah ditutup di zona merah dengan koreksi sebesar 0,09% di posisi Rp16.600/US$. Selama perdagangan hari ini, rupiah sempat melemah hingga menyentuh level Rp16.635/US$, sebelum akhirnya pelemahan sedikit berkurang hingga penutupan.

Pelemahan rupiah hari ini, sekaligus mencatatkan pelemahan rupiah selama tiga hari beruntun sejak Kamis (18/9/2025).

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 15.00 WIB terpantau stagnan di level 97,647. Namun, pada perdagangan sebelumnya, Jumat (19/9/2025), DXY menguat 0,30% ke level 97,644.

Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI), situasi nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS lebih dipengaruhi oleh tekanan global serta domestik.

"Minggu-minggu ini ada tekanan dari sisi global maupun domestik," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Jakarta, Senin (22/9/2025)

Namun, Perry tetap meyakini ke depannya rupiah akan kembali stabil dan cenderung menguat terhadap dolar AS.

"Tren nilai tukar rupiah akan bergerak stabil dan cenderung menguat sejalan dengan komitmen BI dalam menjaga stabilitas rupiah , imbal hasil menarik, inflasi rendah dan prospek ekonomi yang baik," pungkasnya.

Di saat yang bersamaan, investor global tengah menyoroti keputusan BI yang kembali memangkas BI-Rate 25 bps ke 4,75%.

Meski bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kebijakan tersebut juga memunculkan persepsi bahwa BI terlalu agresif dan rentan terhadap tekanan politik.

Howie Schwab, Portfolio Manager Driehaus Capital mengatakan, "Ada risiko nyata terhadap independensi bank sentral, sementara komunikasi proaktif mengenai perubahan kebijakan juga masih minim. Jika Indonesia tidak segera mengambil langkah untuk meyakinkan investor, maka premi risiko rupiah bisa bertahan tinggi dalam waktu lama," dikutip dari Reuters.


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat Tajam, Nilai Tukar Dolar AS Turun Jadi Rp16.385

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular