
Video: Sambut Penurunan Bunga The Fed, RI Bakal Kebanjiran Dana Asing?
Jakarta, CNBC Indonesia- Optimisme pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed di bulan September 2025 ini terus menguat di tengah upaya Presiden Donald Trump mendorong perekonomian Negeri Paman Sam tersbut.
Chief Economist PT Bank Mandiri, Andry Asmoro melihat prospek tren penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang didasarkan atas sinyal dan 'guidance' The Fed. Dimana dalam jangka pendek berpeluang turun sebanyak 2 kali dari level 4,5% menjadi 4%, yang berlanjut di tahun mendatang ke level 3,5% serta berpotensi turun ke 3%-3,25% di tahun 2027.
Meski demikian, agresivitas penurunan suku bunga The Fed masih akan sangat tergantung dengan perkembangan data inflasi AS setelah diterapkannya tarif impor Presiden Donald Trump. Kondisi ekonomi AS yang mulai melandai sudah menjadi alasan yang cukup bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga.
Bagi Indonesia, turunnya suku bunga The Fed bisa menjadi katalis positif bagi daya tarik pasar keuangan negara emerging market seperti Indonesia. Bank Indonesia juga memiliki ruang untuk kembali menurunkan BI Rate 25 bps hingga akhir tahun 2025 mengingat posisi Rupiah dan Inflasi yang masih sangat terjaga.
Diharapkan kebijakan suku bunga ini bisa semakin menarik capital inflow ke Tanah Air, meski daya tarik ini butuh didukung oleh narasi pertumbuhan ekonomi di tengah persaingan dengan kawasan ASEAN.
Seperti apa analisa arah pemangkasan suku bunga Bank Sentral? bagaimana dampaknya ke ekonomi dan pasar keuangan RI? Selengkapnya simak dialog Shinta Zahara dengan Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Andry Asmoro dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Jum'at, 12/09/2025)