Bos PTBA Buka-bukaan Alasan Laba Anjlok 59% di Semester I-2025

Elga Nurmutia, CNBC Indonesia
Kamis, 11/09/2025 18:55 WIB
Foto: Dok PT Bukit Asam Tbk

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten BUMN tambang, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 59% year on year (yoy) menjadi Rp 833 miliar di semester I-2025. Hasil ini disebabkan oleh turunnya harga batu bara serta kenaikan stripping ratio.

Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Bukit Asam, Una Lindasari menjelaskan, harga batu bara mengalami penurunan yang cukup drastis pada semester I-2025. Ditambah lagi, terdapat Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 72 Tahun 2025 yang disusul oleh penerbitan Kepmen ESDM No. 268 Tahun 2025 membuat PTBA hanya berfokus pada penjualan batubara yang bisa memenuhi kriteria yang terdapat di dalam peraturan baru, yaitu sesuai dengan Harga Patokan Batubara (HPB).


Dari sisi operasional, produksi batu bara PTBA tumbuh 16% yoy menjadi 21,73 juta ton pada semester I-2025. Pada saat yang sama, volume penjualan batu bara PTBA naik 8% yoy menjadi 21,62 juta ton. Adapun volume pengangkutan batu bara PTBA juga meningkat 9% yoy menjadi 19,28 juta ton pada paruh pertama tahun ini.

"Untuk semester pertama tahun 2025 dibandingkan dengan semester pertama 2024, terdapat kenaikan produksi batu bara 16% yoy. Untuk penjualan batu bara ada kenaikan yang sebesar 8% yoy itu dibandingkan dengan semester pertama tahun 2024, sementara transportasi itu naik 9% yoy dibandingkan dengan semester pertama 2024 dan stripping ratio mengalami kenaikan dari 5,9 di tahun sebelumnya menjadi 6,17 di tahun ini," terang dia dalam Pubex Live 2025, Kamis (11/9/2025).

Dari sisi kinerja keuangan, pendapatan PTBA tumbuh 4% yoy menjadi Rp 20,45 triliun pada semester I-2025. Namun, laba bersih PTBA justru turun sebesar 59% yoy menjadi Rp 0,83 triliun. Hal ini seiring penurunan harga jual rata-rata batu bara PTBA sebesar 4% yoy menjadi Rp 930.000 per ton.

Di samping itu, biaya produksi PTBA naik sekitar 3% yoy dibandingkan enam bulan pertama tahun lalu. Penyebabnya ada beberapa hal, antara lain

efek kenaikan royalti, kenaikan harga bahan bakar karena PTBA seiring penggunaan B40 sebagai bahan bakar, serta kenaikan biaya transportasi sesuai dengan kontrak dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang menetapkan kebijakan kenaikan biaya 4% setiap tahunnya.

Una juga menjelaskan, PTBA tengah melakukan efisiensi guna menekan biaya jasa tambang ketika harga batu bara jatuh. Dalam hal ini, PTBA melakukan negosiasi dengan hampir semua kontraktor jasa pertambangan. Selain itu, PTBA juga aktif melakukan negosiasi dengan PT KAI untuk mengurangi biaya-biaya yang ditanggung oleh emiten tersebut.

"Dari sisi internal, kami juga berusaha menahan beberapa kos kami agar efisiensinya secara keseluruhan bisa tercapai. Jadi ada beberapa inisiatif yang sudah kami lakukan. Dari sisi operasi dan produksi, yang dilakukan oleh tim di lapangan adalah mengoptimalkan penambangan," tandasnya.


(Elga Nurmutia/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Transisi Energi Dipercepat, Emiten Batu Bara Mulai Lirik EBT