Rupiah Perkasa, Nilai Tukar Dolar AS Melemah ke Rp16.300

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
08 September 2025 15:07
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berhasil ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), pada perdagangan hari ini, Senin (8/9/2025).

Dilansir dari Refinitiv, mata uang garuda ditutup menguat cukup signifikan di posisi Rp16.300/US$ atau terapresiasi 0,70%. Hal ini sekaligus menandai level terkuatnya sejak 26 Agustus lalu.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 15.00 WIB terpantau mengalami pelemahan sebesar 0,10% di level 97,67, sekaligus melanjutkan pelemahannya sejak Jumat (5/8/2025) yang terkoreksi 0,59% di posisi 97,76.

Penguatan rupiah terjadi seiring pelemahan indeks dolar AS setelah rilis data ketenagakerjaan yang mengecewakan. Non-farm payrolls (NFP) AS pada Agustus hanya bertambah 22.000, jauh di bawah ekspektasi konsensus yang memproyeksikan pertambahan 75.000 tenaga kerja.

Saat ini, pelaku pasar menilai ada 12% peluang The Fed memangkas 50 bps pada pertemuan FOMC 16-17 September, naik signifikan dari sebelumnya mendekati nol. Selain itu, probabilitas pemangkasan tambahan 25 bps pada Oktober mencapai 87%. Secara total, The Fed diperkirakan memangkas suku bunga 74 bps hingga akhir 2025, sehingga Fed Funds Rate turun ke kisaran 3,64% dari posisi saat ini 4,38%.

Prospek pelonggaran agresif The Fed melemahkan dolar AS secara global, sekaligus meningkatkan daya tarik aset di pasar berkembang, termasuk Indonesia. Kondisi inilah yang menjadi katalis positif bagi rupiah.

Meski hari ini rupiah menguat, analis menilai tren ke depan masih penuh tantangan. CEO JP Morgan Indonesia Gioshia Ralie memprediksi rupiah akan berada di sekitar Rp16.100/US$ pada akhir 2025.

"Rp16.000 itu ya lemah. Tapi, rupiah ini akan bisa lebih baik dan bisa lebih stabil, itu dengan adanya industri. Jadi bukan hanya dari portfolio money apakah dari fixed income," ujarnya di Jakarta, Sabtu (6/9/2025).

Ia menyoroti rendahnya minat asing di pasar obligasi Indonesia, di mana kepemilikan asing hanya sekitar 15%, jauh menurun dibanding hampir 50% beberapa tahun lalu. Menurutnya, tingginya suku bunga AS membuat investor global kurang tertarik masuk ke pasar obligasi RI.

Lebih jauh, Gioshia menilai kunci penguatan rupiah ada pada perbaikan fundamental ekonomi, termasuk kemudahan birokrasi dan peningkatan produktivitas industri riil. Ia mencontohkan Vietnam yang dianggap lebih menarik bagi investor karena produktivitas tinggi dan kemudahan pendirian industri.

Sementara itu, Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia, Henry Wibowo, menambahkan bahwa pelemahan dolar AS global (DXY) juga memberi peluang bagi rupiah. "Pandangan kita 12 bulan ke depan adalah tren USD untuk melemah. Jadi makanya forecast akhir tahun ini adalah Rp16.100," ujarnya.


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Kebijakan Trump, Segini Harga Dolar AS Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular