Rupiah Dibuka Melemah ke Rp16.430 per Dolar AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (4/9/2025).
Melansir dari Refinitiv, Rupiah dibuka terdepresiasi sebesar 0,12% di posisi Rp16.430/US$, setelah pada perdagangan kemarin Rabu (3/9/2025) rupiah juga mengalami pelemahan sebesar 0,09% ditutup di level Rp16.410/US$.
Sebagai catatan, hari ini merupakan perdagangan terakhir pada pekan ini karena pada Jumat (5/9/2025) merupakan hari libur nasional untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.00 WIB terpantau menguat tipis 0,03% di level 98,17, setelah pada perdagangan kemarin DXY ditutup melemah 0,26% di level 98,14.
Pergerakan rupiah hari ini banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal maupun domestik.
Dari sisi global, indeks dolar AS melemah setelah data ekonomi terbaru menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah lowongan kerja (JOLTS) pada Juli turun lebih besar dari perkiraan, menjadi 7,181 juta, sementara konsensus ekonom Reuters memperkirakan 7,378 juta. Data ini memperkuat ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan segera melonggarkan kebijakan moneternya.
"Antara sikap dovish (Ketua The Fed Jerome) Powell di Jackson Hole, data non-farm payrolls sebelumnya yang lemah, JOLTS yang juga lemah, dan potensi data ketenagakerjaan Jumat nanti kembali negatif, maka dorongan dovish semakin kuat. Sulit melihat opsi lain bagi The Fed, apalagi dengan dinamika politik di AS saat ini," jelas Eugene Epstein, Head of Structuring North America Moneycorp, New Jersey dikutip dari reuters.
Ekspektasi pelonggaran kebijakan The Fed ini membuat dolar AS cenderung melemah, sehingga memberi ruang apresiasi bagi mata uang emerging market, termasuk rupiah.
Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) terus memperkuat langkah stabilisasi rupiah.
"Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah diperkuat dengan intervensi di pasar off-shore melalui NDF, serta di pasar domestik melalui spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso.
(evw/evw)