Rupiah Melemah, Nilai Tukar Dolar AS Nanjak ke Rp16.410

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
03 September 2025 15:09
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta CNBC Indonesia - Rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Refinitiv, pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (3/9/2025) mata uang garuda ditutup dalam zona pelemahan dengan penurunan sebesar 0,09% di posisi Rp16.410/US$. Hal ini sekaligus mematahkan tren penguatan rupiah yang terjadi sejak awal pekan ini.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB terpantau tengah mengalami penguatan sebesar 0,04% di level 98,44, melanjutkan penguatan nya sejak perdagangan kemarin (2/9/2025) yang mengalami kenaikan signifikan 0,64%.

Salah satu penyebab melemahnya nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Rabu (3/9/2025) adalah dari eksternal, di mana pasar saat ini tengah menanti rilisi data penting ekonomi AS seperti JOLTS Job Openings dan Fed Beige Book yang akan dirilis hari ini, serta laporan ketenagakerjaan AS untuk Agustus pada Jumat (5/9/2025).

Data ini mencakup tingkat pengangguran dan perekrutan tenaga kerja swasta yang berpotensi memengaruhi arah kebijakan moneter The Fed.

Sebelumnya, dolar AS sempat melemah seiring meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, dengan probabilitas pemangkasan 25 basis poin bulan ini mencapai sekitar 92%.

Namun, belakangan dolar kembali menguat yang ditopang oleh meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian global, memanasnya tensi perdagangan, serta risiko geopolitik yang masih tinggi.

Disisi lain, Bank Indonesia (BI) terus berupaya untuk melaksanakan tugas nya dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, hal ini dilakukan melalui intervensi nya di pasar spot maupun Non Delivered Forward (NDF) guna meredam volatilitas berlebihan seiring dengan gejolak domestik akibat demonstrasi pada beberapa waktu lalu.

Menurut Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, stabilnya kurs rupiah saat masa ricuh demo beberapa waktu lalu juga lebih cenderung disebabkan oleh peran intervensi BI yang cukup nyata. Merujuk data perdagangan pasar, Josua mencatat bahwa rupiah justru memimpin penguatan mata uang Asia dalam dua hari terakhir dengan apresiasi 0,56% dibandingkan penutupan Jumat lalu.

"Diperkirakan BI melakukan aksi stabilisasi di pasar valas. Selain itu, pasar keuangan Indonesia juga sudah semakin matang dalam menyikapi risiko politik domestik," tegas Josua.


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat Tajam, Nilai Tukar Dolar AS Turun Jadi Rp16.385

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular