
Bunga Kredit Belum Turun Ikuti BI Rate, Bos BI Temui Bankir

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku telah mengadakan pertemuan dengan perbankan supaya suku bunga kredit dan deposito cepat turun, sebagaimana telah turunnya suku bunga acuan BI Rate.
Sebagaimana diketahui, hingga Juli 2025, BI Rate telah turun ke level 5% atau terendah sejak 2022. Sementara itu, per Juli 2025, bunga kredit tercatat masih tinggi di level 9,16%, hanya turun tipis dari awal tahun 9,20%.
Dari hasil pertemuan itu, Perry mengatakan, perbankan telah menjanjikan akan segera menurunkan suku bunga kredit dan perbankan ke depan.
"Kita diskusi dengan perbankan secara keseluruhan, dan perbankan juga merencanakan serta juga akan terus melakukan penurunan suku bunga ke depan," kata Perry saat rapat kerja dengan Komite IV DPD RI bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy secara daring, Selasa (2/9/2025).
Meski begitu, Perry menegaskan, transmisi penurunan suku bunga kebijakan moneter terhadap suku bunga perbankan memang membutuhkan waktu.
Untuk suku bunga deposito setidaknya membutuhkan waktu 3 bulan setelah kebijakan BI rate diberlakukan. Sementara itu, untuk suku bunga kredit ia sebut membutuhkan waktu lebih lama lagi, yakni mencapai 6 bulan.
"Karena bank-bank harus menghitung, itu masalah itu. Tapi arahnya dari perbankan positif bahwa ke depan suku bunga, baik deposito maupun kredit itu juga akan turun, tapi memang perlu waktu untuk ke sana," tegas Perry.
Perry turut memastikan bahwa perbankan telah memberikan komitmen dari hasil pertemuan itu untuk bersama-sama meningkatkan pertumbuhan kredit ke depan dengan tetap berdasarkan prinsip-prinsip kehati-hatinan.
Sebagaimana diketahui, sejumlah bankir kompak menyebutkan alasan tertahannya suku bunga kredit saat ini. Penahan utama ada pada biaya pendanaan alias cost of fund (CoF) yang belum turun signifikan. Suku bunga deposito masih relatif tinggi, sehingga bunga kredit sulit ikut bergerak.
"Penurunan bunga kredit biasanya mengikuti penurunan CoF, bukan langsung BI Rate," kata Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan kepada CNBC Indonesia, Senin (25/8/2025).
Hal senada diungkapkan Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, yang menyebut bunga deposito harus lebih dulu turun agar kredit bisa lebih murah. Selain faktor CoF, risiko kredit juga jadi pertimbangan utama bank.
"Penurunan suku bunga kredit akan mengikuti penurunan suku bunga deposito dulu. Kami sendiri sudah mulai menurunkan suku bunga deposito secara bertahap agar nanti bisa mulai menurunkan suku bunga kredit," tutur Steffano.
Direktur Risiko Allo Bank, Ganda Raharja Rusli menegaskan bahwa risiko gagal bayar selalu masuk dalam perhitungan bunga kredit melalui skema risk based pricing.
"Pertimbangan risiko kredit akan selalu ada dan bank akan selalu menghitung risiko dan memasukkannya menjadi salah satu komponen perhitungan suku bunga kredit (risk based pricing)," ungkap Ganda.
Wakil Direktur Bank INA Perdana (BINA), Yulius Purnama Junaedi mengatakan setiap bank punya kebijakan bunga kredit masing-masing yang pastinya mempertimbangkan risiko kredit yang ada.
Keengganan perbankan menurunkan suku bunga kredit membuat bank-bank jadi "saling menunggu."
"Saat ini kami masih pantau pergerakan suku bunga di pasar. So far kami belum melihat banyak perubahan. Mengingat kami bukan merupakan bank besar maka kami masih menjadi follower dan saat ini dalam posisi wait and see perkembangan yang ada," kata Yulius.
Alhasil, suku bunga kredit tetap tinggi sementara pertumbuhan kredit justru melambat menjadi 7,03% yoy pada Juli 2025, turun dari 8,43% yoy pada Mei. Angka ini semakin menjauh dari target BI sebesar 8-11% hingga akhir 2025.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5,50%, Ini Alasannya!
