Rupiah Melemah Tipis, Dolar AS Jadi Rp16.255

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
26 August 2025 09:03
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir dari Refinitiv, pergerakan rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (26/8/2025), melemah 0,03% di posisi Rp16.255/US$, hal ini terjadi setelah rupiah berhasil ditutup menguat pada perdagangan hari sebelumnya sekaligus mematahkan tren pelemahan selama lima hari beruntun.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.00 WIB terpantau melemah 0,19% di level 98,24. Namun pada perdagangan kemarin, DXY berhasil rebound dengan penguatan sebesar 0,73% di level 98,43.

Pergerakan rupiah hari ini masih akan dipengaruhi oleh rebound penguatan dolar AS yang terjadi pada perdagangan kemarin Senin (25/8/2025).

Kenaikan ini terjadi setelah pelemahan tajam pekan lalu, yang dipicu oleh pernyataan Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell terkait meningkatnya peluang pemangkasan suku bunga pada September mendatang.

Sejumlah analis memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin bulan depan. Powell dalam pidatonya di simposium Jackson Hole pekan lalu menegaskan risiko terhadap pasar tenaga kerja AS semakin tinggi, meski inflasi masih menjadi ancaman.

Kendati demikian, pelaku pasar mulai menyadari bahwa peluang pemangkasan suku bunga belum sepenuhnya pasti. Data ekonomi penting seperti Core PCE pada pekan ini, laporan tenaga kerja (NFP) pekan depan, serta inflasi (CPI) Agustus akan menjadi penentu arah kebijakan The Fed. Situasi ini mendorong aksi lindung nilai atau hedging dan membuat dolar kembali menguat secara luas.

Berdasarkan alat CME FedWatch, pasar saat ini menilai peluang pemangkasan suku bunga setidaknya 25 bps di pertemuan September sebesar 84,3%, sedikit turun dibandingkan 84,7% pada sesi sebelumnya, tetapi jauh lebih tinggi dibandingkan sebulan lalu yang hanya 61,9%.

Selain arah kebijakan moneter, pelaku pasar juga mencermati dinamika politik di AS. Presiden Donald Trump kembali melontarkan kritik terhadap Powell dan jajaran The Fed, bahkan dikabarkan mempertimbangkan langkah untuk mengganti Powell. Meski demikian, penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett menyebut proses penggantian membutuhkan waktu berbulan-bulan.

Penguatan dolar pada perdagangan kemarin memberi sinyal tekanan bagi rupiah pada hari ini, rupiah akan sangat bergantung pada respons pasar terhadap pergerakan dolar, sekaligus ekspektasi kebijakan The Fed menjelang rilis data ekonomi penting AS.


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Kebijakan Trump, Segini Harga Dolar AS Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular