Dulu Miskin, 'Penjual Teh' Berusia 30 Tahun Ini Kini Jadi Miliarder

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Sabtu, 23/08/2025 20:30 WIB
Foto: Pendiri CHAGEE, Junjie Zhang. (Dok. faculty.dukekunshan.edu.cn)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang pengusaha muda asal China, Zhang Junjie berhasil mencatatkan namanya di daftar miliarder dunia pada usia 30 tahun. Hal itu terjadi setelah jaringan kedai tehnya, Chagee Holdings resmi melantai di bursa Nasdaq, Amerika Serikat pada 17 April 2025.

Saham Chagee langsung melonjak 40% saat perdagangan siang hari di New York. Melansir Strait Times, Zhang kini memiliki kekayaan bersih mencapai US$2,6 miliar (sekitar Rp42 triliun, kurs Rp16.500). Kekayaan itu seluruhnya berasal dari kepemilikannya di Chagee.


Zhang memulai Chagee pada 2017 di Yunnan, provinsi di barat daya China yang berbatasan dengan Myanmar, Laos, dan Vietnam. Nama Chagee terinspirasi dari drama klasik Tiongkok Farewell My Concubine. Logonya menampilkan sosok huadan, yakni tokoh perempuan muda dalam opera Peking.

Berbeda dari tren bubble tea yang identik dengan gula dan topping boba, Chagee menawarkan teh premium berbasis susu dengan campuran teh hijau, hitam, dan oolong khas Tiongkok. Kedainya didesain menyerupai kafe ala Starbucks, dengan harga minuman rata-rata sedikit di atas US$2.

"Chagee ingin menghidupkan kembali metode pembuatan teh kuno berusia 900 tahun, tapi dengan teknologi modern," ujar Zhang dalam sebuah forum.

Popularitas minuman sehat menjadi pendorong utama pertumbuhan Chagee. Data iResearch dalam prospektus IPO perusahaan menunjukkan pasar teh segar di China diperkirakan mencapai 426 miliar yuan (Rp950 triliun) pada 2028, naik dari 273 miliar yuan pada 2024.

Minuman teh premium kini semakin diminati. Pada 2019 pangsanya hanya 11%, namun pada 2024 melonjak menjadi 26%.

Hingga kini, Chagee memiliki lebih dari 6.440 gerai, sebagian besar di China, dengan ekspansi ke Malaysia, Singapura, dan Thailand hingga Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 6.270 dikelola mitra waralaba, sementara 169 dimiliki langsung perusahaan.

Meski berkembang pesat, ekspansi Chagee juga menghadapi rintangan. Di Malaysia, brand ini sempat diboikot setelah aplikasinya menampilkan klaim peta "sembilan garis putus-putus" China di Laut China Selatan. Di Vietnam, isu serupa kini tengah diselidiki otoritas setempat.

Menurut analis ekuitas Wang Xinyao dari Smartkarma, langkah IPO di AS bisa menjadi strategi Chagee untuk menempatkan dirinya sejajar dengan merek global seperti Starbucks. Namun, ia menilai waktunya kurang tepat. "Perang dagang menjadi kejutan besar yang tak diduga Chagee," kata Wang.

Zhang bukan satu-satunya miliarder muda dari bisnis minuman. Dua bersaudara pendiri Mixue Group, yang dikenal dengan teh boba dan es krim murah seharga US$1, berhasil meraup kekayaan gabungan sekitar US$8 miliar setelah debut IPO di Hong Kong awal 2025.

Namun, persaingan makin ketat. Beberapa IPO merek bubble tea justru melemah setelah debut, karena investor mulai khawatir pasar sudah terlalu jenuh.

"Modal yang mengalir ke sektor minuman teh baru mulai menyusut. IPO di Hong Kong mungkin sulit mendapatkan valuasi dan dana yang besar," jelas Direktur bank investasi Chanson & Co di Beijing, Shen Meng.

"Itulah sebabnya bagi Chagee, pasar saham AS praktis menjadi satu-satunya pilihan," imbuhnya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Siasat Produsen Bahan Kimia Hadapi Gejolak Ekonomi-Nilai Tukar