Belajar dari Krisis 1998, RI Tidak Takut Lagi Gonjang-ganjing Global
Jakarta, CNBC Indonesia — Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan perbedaan besar dalam penanganan krisis moneter 1998 dengan krisis keuangan global 2008. Menurutnya, pengalaman pahit krisis Asia membuat Indonesia jauh lebih siap menghadapi guncangan berikutnya.
Purbaya menilai kesalahan mendasar kala itu ada pada kebijakan moneter yang tidak konsisten. Pemerintah menerapkan suku bunga sangat tinggi, hingga 70%, namun pada saat bersamaan pertumbuhan jumlah uang beredar justru lebih dari 100%.
"Kalau melihat teori moneter, jangan lihat suku bunga saja. Lihat laju pertumbuhan uang beredar. Kalau kencang, berarti longgar. Kalau surut, berarti ketat. Tahun 97-98, uang beredar tumbuh besar, artinya kebijakan longgar, tapi bunganya tinggi. Itu kebijakan orang bingung," jelasnya dalam LPS Financial Festival 2025, Selasa (20/8/2025).
Kebijakan membingungkan tersebut membuat sektor riil kolaps karena perusahaan enggan berutang dengan bunga tinggi. Sementara itu, kelebihan likuiditas malah dipakai untuk menyerang rupiah, sehingga nilai tukar terpuruk.
Situasi berbeda terjadi pada krisis keuangan global 2008-2009. Saat ekonomi dunia goyah, Indonesia justru berani mengambil langkah kebijakan yang berbeda.
"Waktu itu kita turunkan bunga. Uang beredar sempat turun sedikit, tapi cepat naik lagi. Pemerintah juga belanja, sementara cadangan primer diturunkan hingga nol. Ini menjaga permintaan domestik," ujar Purbaya.
Menurutnya, kombinasi kebijakan moneter longgar dan ekspansi fiskal terbukti ampuh menahan kontraksi ekonomi.
"Pada 2009, ketika negara lain ancur-ancuran, kita tetap tumbuh. Itu hasil pembelajaran dari 1998. Kita pakai kearifan lokal, termasuk kontribusi dari Pak CT (Chairul Tanjung)," katanya.
Purbaya menegaskan, bekal pengalaman tersebut membuat Indonesia lebih percaya diri menghadapi gejolak global ke depan. "Kalau dulu kita masih bingung, sekarang lebih matang. Kita tidak perlu terlalu takut lagi," pungkasnya.
(mkh/mkh)