Internasional

Bank Sentral Dunia Sudah Borong 166 Ton Emas, Ada Apa?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
18 August 2025 19:10
Brankas emas milik Federal Reserve Bank of New York. (Dok. newyorkfed)
Foto: Ilustrasi emas milik bank sentral (Dok. newyorkfed)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa bank sentral kembali memborong emas. Meskipun jumlah pembeliannya tidak sebesar tiga tahun terakhir yang mencapai 1.000 ton per tahun.

Namun, tren sebagian besar bank sentral yang memborong emas tetap tidak berkurang secara global. Ini diyakini untuk mendiversifikasi basis asetnya di luar kepemilikan berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS), di tengah dunia yang semakin dipenuhi oleh hambatan kebijakan tarif resiprokal yang dicanangkan oleh Presiden Donald Trump.

Berdasarkan data dari World Gold Council (WGC), beberapa bank sentral melakukan pembelian bersih hingga 166 ton emas dalam tiga bulan terakhir hingga Juni 2025. Di mana hal ini 33% lebih rendah secara basis kuartalan.

Meskipun ini merupakan angka kuartalan terendah sejak Juni 2022, tetapi angka ini 41% lebih tinggi dari tingkat kuartalan rata-rata yang terlihat antara 2010 dan 2021, sebelum pembelian meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.

"Untuk semester pertama di 2025, jumlahnya mencapai 415 ton, dibandingkan dengan 525 ton pada tahun sebelumnya. Ini juga merupakan paruh pertama terendah sejak 2022. Harga emas yang tinggi di tengah kondisi ekonomi dan geopolitik global yang tidak stabil, kemungkinan berkontribusi pada perlambatan pembelian oleh bank sentral," kata WGC, dikutip dari The Economics Times, Senin (18/8/2025).

Sementara itu, menurut Madhavankutty G, kepala ekonom di Canara Bank, mengatakan pembelian emas oleh bank sentral sangat sesuai dengan tema dedolarisasi, di mana negara-negara ingin mendiversifikasikan cadangan devisa mereka. Meskipun dolar AS masih menjadi dominan dalam cadangan devisa di beberapa negara, tetapi pangsanya telah menurun drastis dan emas makin diuntungkan dari pergeseran ini.

"Manfaat tambahan dari emas juga terletak pada aspek keamanannya. Tarif AS telah meningkatkan ketidakpastian geopolitik maupun ekonomi global, yang pada gilirannya diperkirakan akan membuat harga emas tetapi tinggi," kata Madhavankutty.

"Secara historis, imbal hasil obligasi pemerintah AS dan harga emas memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Hubungan itu kini telah berakhir. Jadi, meskipun imbal hasil diperkirakan akan tetap di atas 4,3%, harga permintaan emas mungkin juga akan tetap tinggi," tambahnya.

Meskipun bank sentral umumnya merupakan pembeli emas yang strategis, tetapi mereka bukannya tidak peka terhadap tingkat harganya. Melainkan mereka terus menambah pasokan emas di tengah harga yang lebih tinggi, menggarisbawahi sikap positif mereka yang berkelanjutan terhadap emas sebagai aset strategis di tengah ketidakpastian tersebut.

Merujuk laman yang sama, bank sentral India (Reserve Bank of India/RBI), telah membeli hampir setengah ton emas pada pekan terakhir Juni lalu, setelah periode pembelian emas batangan yang relatif konservatif pada tahun fiskal berjalan. Sedangkan, stok emas RBI yang beredar mencapai hampir 880 ton per 27 Juni 2025.

Pangsanya dalam cadangan devisa India naik menjadi 12,1% per 18 Juli 2025. Sebelumnya angkanya sebesar 8,9% per 19 Juli 2024.

Begitu juga bank sentral Polandia (National Bank of Poland/NBP). Bank itu menambahkan 19 ton ke cadangan emasnya pada kuartal II-2025.

Sementara pembelian yang dilaporkan bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) mencapai 6 ton, setengah dari yang dibelinya pada kuartal I-2025. Data WGC menunjukkan bahwa cadangan emas China kini mencapai 2.299 ton.

Survei Cadangan Emas Bank Sentral WGC 2025 mengungkapkan bahwa 95% memperkirakan cadangan emas akan meningkat selama 12 bulan ke depan. Hasil survei, yang mengumpulkan data dari 73 bank sentral dunia, dipublikasikan pada pertengahan Juni lalu.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tanda Terbaru Kiamat Kartu Kredit Muncul di Brasil

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular