Setelah Sentuh 8.000, IHSG Sesi I Koreksi Tipis

mkh, CNBC Indonesia
15 August 2025 12:48
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,06% ke level 7.926,45 pada sesi I hari ini, Jumat (15/8/2025). Padahal pada perdagangan intraday sesi I, indeks sempat menyundul level 8.000 pada pukul 10.29 WIB. 

Sebanyak 246 saham naik, 393 turun, dan 317 tidak bergerak. Nilai transaksi pada jeda makan siang sangat besar, yakni Rp 23,65 triliun, melibatkan 32,95 miliar saham dalam 1,19 juta kali transaksi. 

Mengutip Refiitiv, mayoritas sektor berada di zona merah. Teknologi menjadi sektor yang naik kecang, yakni 3,67%.

Hal itu seiring dengan saham DCI Indonesia yang naik 8,01% ke level 363.600. Emiten Toto Sugiri dan Salim ini menyumbang bobot 29,03 indeks poin. 

Selain DCII, emiten Sinar Mas (DSSA) juga tercatat menjadi salah satu penggerak indeks dengan bobot 6,04 indeks poin dan MLPT 3,63 indeks poin. 

Sementara itu, saham Prajogo Pangestu menjadi beban terbesar IHSG. BREN yang turun 3,79% berkontribusi -13,27 indeks poin. 

Sebelumnya, banyak pihak yang memperkirakan indeks dapat parkir di level 8.000 menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80. 

Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar menilai tren penguatan IHSG merupakan cerminan dari kinerja fundamental perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menurutnya, kenaikan indeks itu tidak hanya mencerminkan kinerja perusahaan-perusahaan besar, tetapi juga perusahaan berukuran menengah.

"Memang secara umum bukan saja menggambarkan kinerja dan fundamental dari perusahaan-perusahaan besar. Tapi justru juga yang kuat di situ tersebut adalah kinerja dari perusahaan-perusahaan di papan tengah, tidak hanya yang di LQ45," kata Mahendra saat ditemui di Gedung UGM Samator Pendidikan, Jakarta Selatan, Kamis (15/8/2025).

Selain itu, penguatan IHSG ini juga disebut menggambarkan perkembangan sentimen pasar terhadap kondisi yang lebih luas, yakni ekonomi makro dan global. Mahendra menyebut ini memberikan sedikit kepastian setelah sempat terjadi kekhawatiran pasar.

"Memang dalam beberapa waktu terakhir ini sudah memberikan sedikit lebih kepastian, bukan berarti sudah pasti dan sudah sepenuhnya, tidak. Ada faktor yang masih bisa dinamis dan berubah, tapi paling tidak sudah memberikan kepastian yang lebih baik daripada sebelumnya 3-4 bulan lalu," tukasnya.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Analis Sebut Pasar Saham RI Jadi Primadona, Ini Alasannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular