Dua Saham Ini Diakumulasi Asing Sejak Senin, Net Buy Sudah Triliunan

mkh, CNBC Indonesia
15 August 2025 08:45
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing kembali mengamuk di pasar modal Tanah Air. Dalam empat hari perdagangan terakhir, total net foreign buy tembus Rp 5,4 triliun.

Dua saham big cap menjadi incaran utama asing menyumbang lebih dari setengah total net buy asing pada periode 11-14 Agustus 2025. BRI (BBRI) diborong hingga Rp 1,6 triliun, disusul TLKM senilai Rp 1,5 triliun. Aksi beli jumbo ini mendorong harga keduanya melesat signifikan.

Sepanjang periode 11-14 Agustus 2025, saham BBRI terbang 9,73% hingga menyentuh Rp 4.060 per saham. Sementara TLKM bahkan lebih garang, melesat 16,33% dalam periode yang sama. 

Harga rata-rata pembelian asing pada periode tersebut untuk saham BBRI adalah Rp 3.974,9 dan TLKM Rp 3.298,4. 

Aliran dana asing yang kembali masuk ke pasar saham Indonesia seiring dengan hasil Survei bulanan Bank of America (BofA) yang dilansir dari The Financial Times .

Survei tersebut menunjukkan sebanyak 37% manajer investasi global kini memiliki porsi lebih besar di saham pasar negara berkembang, level tertinggi sejak Februari 2023. Peningkatan ini didorong oleh pandangan positif terhadap prospek ekonomi Tiongkok dan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).

Elyas Galou, investment strategist BofA, menyebut kombinasi optimisme atas ekonomi Tiongkok dan sentimen bearish terhadap dolar AS menjadi katalis kuat bagi pasar negara berkembang. Data pertumbuhan ekonomi Tiongkok terbaru dinilai mampu meredam dampak perang dagang yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump.

Pelemahan dolar AS memberikan keuntungan bagi saham dan obligasi negara berkembang dengan menurunkan biaya pinjaman, sekaligus memberi ruang bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga. Dolar AS tercatat telah melemah hampir 10% terhadap sekeranjang mata uang utama sejak awal tahun ini, dan manajer investasi memperkirakan pelemahan ini akan berlanjut.

Kinerja saham negara berkembang tahun ini juga melampaui pasar negara maju, dengan indeks MSCI mencatatkan return lebih dari 16% dalam dolar AS. Angka ini mengungguli indeks MSCI negara maju yang naik sekitar 11% dan S&P 500 Wall Street yang menguat 8,6%.

Meski reli sudah cukup signifikan, investor meyakini masih ada ruang kenaikan bagi saham negara berkembang karena valuasinya relatif murah setelah periode panjang underperformance. JPMorgan bahkan menaikkan rekomendasi saham emerging market menjadi "overweight" karena dinilai sangat menarik secara valuasi.

IHSG Menuju 8.000

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perlahan tapi pasti menuju level 8.000. Penguatan indeks ini seakan menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80 pada 17 Agustus. 

Dalam empat hari perdagangan terakhir, IHSG telah menguat 5,28%. Kemarin, Kamis (14/8/2025), indeks bahkan menyentuh level penutupan tertinggi sepanjang masa, yakni 7.931,25. 

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, rekor harga IHSG ini merupakan kado dari investor pasar modal untuk Indonesia. Terlebih, pada Minggu, (17/8/2025) Indonesia akan merayakan HUT ke-80.

"Intinya kalau indeks 8.000, ataupun kondisi sekarang yang belum 8.000 pun, itu adalah kado investor untuk Indonesia," pungkas Jeffrey kepada wartawan ditemui di Gedung BEI, Jakata, Kamis, (15/8/2025).

Konglomerat sekaligus Wakil Presiden Komisaris PT AlamTri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Garibaldi 'Boy' Thohir mengatakan, momen rebound ini terjadi setelah konsolidasi konglomerat yang telah melakukan buyback saat pasar tertekan beberapa bulan lalu.

"Insya Allah bisa harus (8.000)," tambah Boy ketika ditanya optimismenya terkait IHSG.

Chief Investment Officer (CIO) BPI Danantara Pandu Sjahrir mengatakan saat ini pasar modal tengah dalam sentimen positif. Dengan itu, ia optimistis IHSG bisa mencapai 8.000 tepat saat perayaan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2025 mendatang.

"Kan 80 tahun Indonesia, kalau bisa 8.000, positif kan sekarang marketnya lagi positif banyak positif news juga," tutur Pandu.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Pilih Borong 10 Saham Ini Saat IHSG Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular