
Rupiah Ditutup Stagnan, Nilai Tukar Dolar AS Tetap di Rp16.285

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ditutup stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di akhir pekan ini.
Melansir dari Refinitiv, mata uang rupiah pada perdagangan Jumat (8/8/2025) ditutup stagnan di posisi Rp16.285/US$. Selama sepekan rupiah berhasil menguat 1,21% menjadikannya penguatan terbesar secara mingguan sejak Mei 2025.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB mengalami pelemahan sebesar 0,26% di level 98,13. Selama pekan ini DXY memang sedang dalam tren pelemahan.
Nilai tukar rupiah yang ditutup stagnan pada perdagangan hari ini Jumat (8/8/2025), terjadi seiring dengan pelamahan DXY. Hal ini ini cukup tidak biasa, mengingat pergerakan rupiah umumnya berlawanan arah dengan indeks dolar.
Pelemahan dolar terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan mencalonkan Stephen Miran sebagai anggota sementara dewan gubernur The Federal Reserve. Saat ini, Miran menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih. Miran akan menggantikan Adriana Kugler, Gubernur The Fed yang secara mengejutkan mengundurkan diri pekan lalu.
Pasar menilai pencalonan Miran bisa sejalan dengan dorongan Trump untuk menurunkan suku bunga. Dalam catatan analis Danske Bank, Miran dikenal sebagai sosok yang skeptis terhadap independensi The Fed dan mendukung penguatan kontrol presiden atas bank sentral AS. Miran juga merupakan penulis Mar-A-Lago Accord, sebuah rencana untuk mendevaluasi dolar AS.
Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa kepercayaan konsumen Indonesia mengalami sedikit peningkatan pada Juli 2025 dibandingkan bulan sebelumnya.
Hasil Survei Konsumen BI menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di level 118,1, naik dari posisi 117,8 pada Juni 2025. Angka ini masih berada di atas level 100, yang menandakan konsumen berada dalam zona optimis.
"Optimisme konsumen pada Juli 2025 bersumber dari keyakinan terhadap kondisi ekonomi saat ini yang tetap terjaga, serta ekspektasi membaiknya kondisi ekonomi ke depan," tulis BI dalam laporan resminya, dikutip Jumat (8/8).
Peningkatan keyakinan konsumen terutama ditopang oleh naiknya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menjadi 129,6, dari sebelumnya 128,9. Kenaikan ini didorong oleh membaiknya Indeks Ekspektasi Penghasilan (IEP) dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (IEKLK) yang masing-masing naik menjadi 136,4 dan 125,0, dari 133,2 dan 124,1 pada bulan sebelumnya.
(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Rupiah Ambruk ke Rp16.635 per USD, Dekati Level Saat 1998