Rupiah Dibuka Melemah, Nilai Tukar Dolar AS Naik ke Rp16.300

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
Jumat, 08/08/2025 09:08 WIB
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Jumat (8/8/2025) terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir dari Refinitiv, mata uang garuda mengalami pelemahan sebesar 0,09% di posisi Rp16.300/US$, setelah pada perdagangan kemarin Kamis (7/8/2025) rupiah ditutup menguat 0,43% di level Rp16.285/US$.


Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 09.00 WIB terpantau mengalami pelemahan sebesar 0,26% di level 98,15. Setelah kemarin ditutup menguat 0.23% sekaligus mematahkan tren penurunan selama empat hari beruntunya.

Pergerakan rupiah pada perdagangan Jumat (8/8/2025) diperkirakan akan di pengaruhi beberapa sentimen baik dari luar maupun dalam negeri.

Dari eksternal, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Kamis (7/8/2025) mengumumkan penunjukan Stephen Miran, Ketua Council of Economic Advisors, sebagai anggota Federal Reserve Board of Governors menggantikan Adriana Kugler.

Trump menyebut Miran memiliki keahlian luar biasa di bidang ekonomi dan telah mendukungnya sejak awal masa jabatan keduanya. Meski demikian, Miran diperkirakan hanya akan menjabat hingga Januari 2026, menyelesaikan sisa masa jabatan Kugler, dan bukan sebagai kandidat pengganti Ketua The Fed Jerome Powell.

Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menanti rilis data kepercayaan konsumen periode Juli 2025 dari Bank Indonesia (BI). Pada bulan sebelumnya, tingkat kepercayaan konsumen tercatat masih rendah, dengan mayoritas masyarakat pesimis penghasilan mereka akan meningkat di masa mendatang.

Data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2025 sebesar 117,8 hanya naik tipis 0,3 poin dibandingkan Mei 2025 di level 117,5.

Meski masih di atas level optimis (100), angka tersebut merupakan yang terendah sejak September 2022. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan mengingat periode libur sekolah (Juni-Juli) biasanya mendorong konsumsi rumah tangga, namun data menunjukkan lemahnya optimisme konsumen.

Melemahnya IKK dapat memberi tekanan pada konsumsi domestik, yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan kontribusi lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).


(evw/evw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Berkat CCP, Transaksi Harian Pasar Valas Bisa USD10 Miliar/Hari