Emiten Luhut (TOBA) Masuk Bisnis EBT dan Limbah, Caplok Perusahaan Ini

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Selasa, 05/08/2025 10:25 WIB
Foto: TBS Energi Utama. (Dok. TBS Energi Utama)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten energi milik Luhut Binsar Pandjaitan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melaporkan pendapatan dari segmen bisnis proyek hijau atau energi terbarukan melonjak 440% di sepanjang semester I 2025. 

Sebelumnya TOBA dikenal sebagai perusahaan energi yang sangat lekat dengan bisnis batu bara. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Perseroan merombak ulang model bisnisnya dengan berinvestasi di bisnis masa depan dan memposisikan diri sebagai Perusahaan yang Fokus pada Keberlanjutan (Sustainability Centered Business).

Beberapa segmen bisnis yang sedang diperkuat oleh TOBA adalah kendaraan listrik, energi baru dan terbarukan (EBT) hingga pengelolaan limbah dan mengubahnya menjadi energi.


Untuk segmen kendaraan listrik, TOBA menjadi penyedia ekosistem motor listrik dengan brand Electrum yang fokus tidak hanya pada pengembangan motor listrik tetapi juga kepada infrastruktur penukaran baterai. Perseroan masuk ke bisnis ini sejak tahun 2021 bermitra dengan Gojek (GoTo Group). Seiring berjalannya waktu, kemitraan ini diperluas dengan menggarap ekosistem kendaraan listrik untuk segmen bisnis lainnya, termasuk bisnis logistik.

Sementara untuk segmen EBT, TOBA memperlebar sayap ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan mini hidro (PLTM) sejak 2023. Pembangkit mini hydro berlokasi di Lampung dengan kapasitas 6MW sudah mulai berproduksi sejak bulan Januari 2025. Sementara PLTS terletak di Batam dengan menyasar kawasan industri sebagai target pasar dan saat ini sedang dalam tahapan konstruksi dengan kapasitas 46MWp. Di kedua pembangkit ini, TOBA memiliki partisipasi 49%.

Ekspansi TOBA ke bisnis berkelanjutan selanjutnya adalah ke bisnis pengelolaan limbah. Perseroan memulainya dengan menggarap limbah medis dan kini melayani limbah secara umum. Yang paling menarik, Perseroan tidak cuma mengumpulkan juga mengolah limbah menjadi sumber energi.

TOBA juga mengakuisisi perusahaan pengelolaan limbah medis bernama Asia Medical Enviro Services (AMES). Perusahaan berbasis di Singapura ini memiliki pangsa pasar ~50% pada Agustus 2023.

Selanjutnya pada Desember 2023, TOBA mengakuisisi perusahaan asal Indonesia yang memiliki model bisnis pengelolaan limbah B3 medis, B3 komersial serta limbah domestik bernama ARAH Environmental. Perusahaan ini beroperasi di 15 Provinsi dan melayani lebih dari 5.000 pelanggan medis, industrial dan domestik.

Paling anyar, adalah akuisisi perusahaan pengelolaan limbah berbasis di Singapura bernama Sembcorp Environment Pte. Ltd. serta Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd. pada Maret 2025 dan Mei 2025.

"Berbeda dengan perusahaan yang bisnisnya berbasis batubara lain, TOBA tidak hanya melakukan diversifikasi ke sektor yang ESG dan sustainability related, tetapi mereka merombak ulang model bisnis. Ini adalah transformasi yang bold" ungkap Leonardo Lijuwardi, Analis NH Korindo Sekuritas, Selasa (5/8/2025).

Menurutnya, masuknya TOBA ke bisnis pengelolaan limbah ini akan menjadi katalis jangka panjang untuk kinerja Perseroan. Pasalnya model bisnis ini sangat relevan untuk kondisi Indonesia yang sudah masuk pada fase darurat sampah.

"Marketnya ada dan besar di kita [Indonesia] karena kita negara dengan populasi terbesar ke-4 dunia. Sampah dan limbah jadi persoalan nyata. Pemerintah coba cari solusi dan game changer-nya nanti adalah Perpres Sampah. TOBA menjadi perusahaan yang menjadi beneficiary dari regulasi ini nantinya," tambahnya.

Untuk diketahui, TOBA mencatatkan pendapatan dari segmen pengelolaan limbah pada semester I 2025 sebesar USD59,6 juta atau naik 831% year-on-year (yoy). Sementara untuk bisnis penjualan sewa kendaraan listrik pada periode yang sama mencapai USD3,4 juta atau naik 13% yoy.

Lonjakan pendapatan dari segmen pengelolaan limbah ini terjadi pasca Perseroan melakukan akuisisi terhadap Sembcorp Environment Pte Ltd pada Maret 2025 dan Sembcorp Enviro Facility Pte Ltd pada Mei 2025 dengan nilai total transaksi mencapai SGD414 juta.

Pada periode yang sama TOBA juga telah mendivestasikan dua unit PLTU miliknya bernama PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) dan PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dengan nilai transaksi mencapai USD403 juta.

Mengacu pada laporan konsolidasi per Juni 2025, TOBA mencatatkan pendapatan sebesar USD172,2 juta atau turun 31% yoy sedangkan rugi periode berjalan mencapai USD115,3 juta dari sebelumnya untung USD40,5 juta untuk periode yang sama tahun 2024.

"Penurunan pendapatan sebenarnya karena tekanan pada harga batu bara global dan penurunan volume penjualan. Ini tantangan yang dihadapi oleh industri bukan hanya TOBA. Namun yang terpenting adalah pendapatan dari bisnis masa depan masih tumbuh signifikan. Selain itu rugi juga sifatnya karena accounting treatment dan non-kas dari divestasi PLTU," ujarnya.

Menurutnya, yang hal penting lainnya adalah semua indikator keuangan dari arus kas maupun neraca masih sangat solid dan saya optimis mereka memiliki kapasitas untuk transformasi dan ekspansi yang sangat baik.


(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saham TOBA Melejit, Ternyata Ini Alasannya!