
Bisnis Bancassurance Anjlok 20%, Bank Danamon (BDMN) Ungkap Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) mengungkapkan kinerja bisnis bancassurance mengalami penurunan yang signifikan sepanjang semester I-2025. Wakil Direktur Utama Bank Danamon, Honggo Widjojo Kangmasto produk asuransi kerja sama bank dengan perusahaan asuransi di BDMN anjlok hingga 20%.
Menurutnya, perlambatan itu disebabkan oleh beberapa produk yang sempat mengalami masalah di industri asuransi. Hal itu membuat minat nasabah terhadap produk bancassurance di Bank Danamon berkurang.
"Kita harus akui di first half dari 2025 kinerja bancassurance ini agak menurun. Kenapa, karena kan tempo hari ada beberapa produk yang sempat menimbulkan masalah di industri. Jadi animo dari industri terhadap bancassurance agak turun," ungkap Honggo saat paparan kinerja semester I-2025 Bank Danamon secara virtual, Rabu (30/7/2025).
Sementara itu, kontribusi produk bancassurance terhadap pendapatan berbasis komisi alias fee based income Bank Danamon cukup signifikan, hampir 20%.
Alasan lain perlambatan kinerja tersebut adalah sikap Bank Danamon yang berhati-hati dalam menjual produk bancassurance. Honggo mengatakan bank milik MUFG itu ingin menaati semua prosedur penjualan bancassurance.
"Kami juga sangat super hati-hati dalam menjual. Kami akan comply kepada semua prosedur penjualan bank assurance dan kami sangat terutama memperhatikan risk appetite dari nasabah. Jadi kita menambah beberapa step untuk mengkonfirmasi supaya tidak ada yang disebut mis-selling," jelasnya.
Merujuk laporan keuangannya, pendapatan provisi dan komisi tercatat naik tipis 3,14% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp712,6 miliar sepanjang paruh pertama tahun 2025.
Sedangkan pada kinerja bottom line, Bank Danamon mencatatkan laba bersih konsolidasian setelah pajak atau net profit after tax (NPAT) sebesar Rp1,6 triliun sepanjang semester I-2025. Perolehan itu naik 12% secara tahunan.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Buana Finance (BBLD) Dapat Kredit Rp 900 Miliar dari QNB dan BDMN
