
Saham Konglo Kompak Tumbang, IHSG Tiba-tiba Jatuh ke Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (30/7/2025).
IHSG tiba-tiba anjlok 0,72% atau turun 55 poin ke 7.562,80, meskipun pada awal perdagangan dibuka naik 0,32% ke level 7.642,25.
Sebanyak 276 saham naik, 325 turun, dan 199 tidak bergerak pagi ini. Nilai transaksi pagi ini mencapai Rp 7,48 triliun yang melibatkan 14,45 miliar saham dalam 1,05 juta kali transaksi.
Mayoritas sektor perdagangan melemah, dengan utilitas, finansial dan energi mencatatkan koreksi terbesar.
Saham emiten konglomerat tercatat sebagai pemberat utama kinerja IHSG hari ini. Saham emiten asuransi Grup Sinar Mas (SMMA) menjadi pemberat utama kinerja IHSG. Saham SMMA turun 12% hari ini dan menekan kinerja IHSG dengan kontribusi penurunan 18 indeks poin.
Kemudian ada juga saham emiten Grup Barito Prajogo Pangestu, Chandra Daya Investasi (CDIA), yang turun 8,2% dan berkontribusi atas pelemahan 4,56 indeks poin.
Selanjutnya ada emiten tambang tembaga-emas Grup Salim (AMMN), emiten peritel Alfamart (AMRT), Emiten batu bara Grup Sinar Mas (DSSA) dan emiten petrokimia Prajogo (TPIA) yang ikut menekan kinerja IHSG hari ini.
Selain emiten konglomerat saham BBRI juga tercatat sebagai penekan utama kinerja IHSG hari ini.
Dari regional, pasar Asia-Pasifik dibuka variatif pada Rabu (30/7/2025) pagi, di tengah pernyataan tegas dari Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick bahwa batas waktu pengenaan tarif besar terhadap sejumlah mitra dagang pada Jumat mendatang tidak akan ditunda.
Meski demikian, Lutnick menambahkan bahwa negosiasi dagang dengan China masih berjalan dalam jalur waktu yang berbeda.
Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka mendatar, sementara Topix naik tipis 0,1%. Di Korea Selatan, Kospi menguat 0,48% dan indeks saham berkapitalisasi kecil Kosdaq bertambah 0,42%.
Sebaliknya, indeks S&P/ASX 200 Australia justru melemah 0,19% pada awal perdagangan. Pergerakan tersebut mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar terhadap arah kebijakan perdagangan AS.
Diketahui, kelanjutan jeda tarif antara Amerika Serikat dan China belum akan diputuskan sebelum mendapat persetujuan langsung dari Presiden Donald Trump.
"Trump memiliki keputusan akhir atas semua kesepakatan dagang dan jeda tarif yang sedang dibahas," ujar Menteri Keuangan AS Scott Bessent kepada CNBC.
Pernyataan itu disampaikan setelah pejabat dagang tinggi dari kedua negara menyelesaikan putaran ketiga pembicaraan di Stockholm, Swedia, sejak Mei lalu.
"Kami akan kembali ke Washington, D.C., dan berbicara dengan Presiden apakah itu sesuatu yang ingin dia lanjutkan," kata Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer kepada wartawan usai pertemuan.
Sementara itu, pasar keuangan global akan menunggu momen penting pada hari ini hingga Kamis dini hari. The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Sejumlah data penting juga akan diumumkan AS pada hari ini.
Dari dalam negeri, pemerintah mencatatkan realisasi investasi yang kuat hingga paruh pertama 2025, mencapai hampir setengah dari target tahunan.
Revisi ke atas proyeksi pertumbuhan dari Dana Moneter Internasional (IMF) diharapkan menjadi kabar baik bagi Indonesia.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Naik 0,54%, Pangkas Penguatan Jelang Akhir Perdagangan
